Sering Bertanya-tanya Bagaimana Seorang Arkeolog Menemukan Situs?

Gempita Hardiknas 2019 "Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan" dalam rangka menyambut Hardiknas 2019 digelar dari 20-25 April 2019 di LPMP Bali

Penulis: Noviana Windri | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Noviana Windri
Luh Suwita Utami seorang arkeolog Bali saat ditemui dalam acara Gempita Hardiknas 2019 "Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan" di LPMP Provinsi Bali, Jalan Letda Tantular, Denpasar, Bali, Minggu (21/4/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Gempita Hardiknas 2019 "Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan" dalam rangka menyambut Hardiknas 2019 digelar dari 20-25 April 2019 di LPMP Provinsi Bali, Jalan Letda Tantular, Denpasar, Bali.

Kegiatan Gempita Hardiknas 2019 yang dimulai sejak Sabtu (20/4/2019) ini merupakan kegiatan kolaborasi antar UPT Kemendikbud Provinsi Bali.

Terdiri dari LPMP Bali, Balai Bahasa Bali, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bali dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali.

Dalam Gempita Hardikas 2019 ini, juga terdapat stan-stan pendidikan mulai dari stan Balai Bahasa Bali hingga Balai Arkeologi Bali.

Nah, di stan Balai Arkeologi Bali pengunjung bisa bertanya pengalaman penelitian dan temuan-temuan selama penelitian kepada Arkeolognya langsung lho.

Selain itu juga bisa melihat langsung penemuan-penemuan hasil penelitiannya.

Lalu, bagaimana seorang arkeolog menemukan sebuah situs?

Baca: Promo Burger King #WeekendHEPI Bayar Pakai Go-Pay dan Gratis Sundae di Hari Kartini

Baca: Fakta-fakta Unik Antartika yang Tak Terekspos: Ada Kota Berpenghuni Hanya Saat Musim Kemarau

Situs arkeologi dapat ditemukan melalui suatu penelitian secara sistematis mengunakan metode tertentu yang dilakukan oleh seorang arkeolog.

Salah satu metode yang digunakan yakni dengan ekskavasi arkeologi atau kegiatan pembukaan tanah dengan suatu metode untuk mendapatkan data yang akurat.

Salah satu Arkeolog Balai Arkeologi Bali, Luh Suwita Utami menjelaskan, untuk melakukan penelitian situs arkeologi yakni dengan beberapa indikator di atas tanah.

"Untuk melakukan ekskavasi biasanya ada indikator di atas tanah, bisa dari pecahan-pecahan gerabah, manik-manik. Kadang juga dari kondisi lahan yang harusnya subur tapi malah tandus. Itu biasanya menimbulkan kecurigaan bahwa di dalam tanah ada temuan-temuan," jelasnya.

Lebih lanjut, Luh Suwita Utami menuturkan, penelitian situs arkeologi di Bali bisa dilakulan di seluruh kabupaten di Bali.

"Kalau di Bangli temuannya lebih ke prasasti dan beberapa percandian. Struktur bangunan ditemukan di daerah Badung. Ada juga di situs Penatih. Tetapi yang di Penatih itu tidak kami teruskan karena terhalang dengan bangunan masyarakat," tambahnya.

Baca: Tips Sukses Jadi Youtuber Andal dari Ria Ricis, Ini yang Utama!

Baca: Persiapan Tim Softball Putri Denpasar Hadapi Porprov Bali 2019

Seorang arkeolog dalam melakukan penelitian, pertama-tama akan melakukan survei permukaan yang dilakukan pada permukaan tanah, bawah air, potret udara dan wawancara.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved