Ceritakan Jebolnya Jembatan yang Tewaskan 2 Krama, Kelian: Tangan Sudana & Made Budi Sempat Melambai
Tiga krama Subak Palian yang saat itu sedang melakukan gotong royong perbaikan jembatan menjadi korban.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN – Kulkul bulus (suara kentongan peringatan) berbunyi di Banjar Puseh, Desa Perean, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Selasa (7/5) sekitar pukul 07.15 Wita.
Pagi itu, telah terjadi bencana maut. Badan jembatan penghubung Banjar Puseh dan Banjar Bunyuh, Desa Perean, jebol.
Tiga krama Subak Palian yang saat itu sedang melakukan gotong royong perbaikan jembatan menjadi korban.
Sekretaris Subak Palian, I Ketut Sudana alias Pan Aris (50) dan anggota Subak Palian, I Made Budi (50), meninggal dunia akibat tertimbun material jembatan dan longsoran tanah.
Sedang Bendahara Subak Palian, I Wayan Dampuk (60), selamat karena hanya setengah badannya tertimbun longsoran. Dampuk kemudian dirawat di rumah sakit.
Proses evakuasi korban Made Budi membutuhkan waktu hampir empat jam. Hal ini karena korban tertimbun dan posisinya sulit dijangkau.
Ditambah material jembatan yang amblas berupa beton bertulang dan tanah berlumpur.
Tanah ini sebelumnya dipakai mengurug jembatan berbahan beton tersebut.
Dari pantuan di lokasi kejadian, evakuasi dilakukan oleh tim gabungan dari Polri, TNI, BPBD, dan warga setempat.
Tim SAR Polda Bali juga ikut turun tangan dengan membawa alat pemecah beton.
Evakuasi hanya bisa dilakukan secara manual karena medan yang berat.

Bahkan alat berat yang didatangkan harus “balik kanan” lantaran tidak bisa menjangkau lokasi kejadian.
Proses evakuasi secara manual pun terbilang sulit mengingat posisi korban yang sulit dijangkau.
Sesekali petugas menyemprotkan air untuk membantu mempermudah evakuasi karena banyak material longsor dari tanah liat.
Korban pertama yang dievakuasi adalah Ketut Sudana alias Pan Aris yang hanya terlihat tangannya.