Tertimbun 15 Menit, Dampuk Selamat dari Maut, Sempat Khawatir Beton di Atas Kepalanya Jatuh
Keajaiban hidup dirasakan I Wayan Dampuk. Tertimbun lumpur hingga 15 menit saat peristiwa jembatan ambruk, Pekak Dampuk lolos dari maut
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Irma Budiarti
Tertimbun 15 Menit, Dampuk Selamat dari Maut, Sempat Khawatir Beton di Atas Kepalanya Jatuh
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Keajaiban hidup dirasakan I Wayan Dampuk.
Tertimbun lumpur hingga 15 menit saat peristiwa jembatan ambruk, Pekak Dampuk lolos dari maut.
Dampuk pun bersyukur bisa selamat, namun masih menyisakan trauma.
Ia terus merasa terbayang-bayang dengan kejadian nahas di banjarnya, apalagi dua temannya meninggal dunia.
“Ketika kejadian saya bertiga terjun ke bawah. Saya tertimbun lumpur hingga di bagian pinggang, tidak bisa menarik kedua kaki yang tertimbun lumpur yang sangat lengket saat itu. Kira-kira 15 menit saya di bawah,” tutur Dampuk saat ditemui di rumahnya, Banjar Puseh, Desa Perean, Baturiti, Tabanan, Rabu (8/5/2019).
Pria berusia 61 tahun ini adalah satu-satunya korban selamat dalam peristiwa maut jembatan ambruk di Desa Perean, Selasa (7/5/2019) pagi.

Kejadian itu merenggut dua korban jiwa, yaitu I Ketut Sudana atau Pan Aris (50) dan I Made Budi (50).
“Saat saya tertimbun itu, dua teman saya yang jadi korban sudah tidak kelihatan karena tertimbun material jembatan dan lumpur. Saya hanya sempat lihat tangan Pan Aris bergerak, bagian tubuh lainnya sudah tidak terlihat,” tambah Wayan Dampuk, ketika ditemui menjelang melayat ke rumah duka Made Budi.
Ia pun menuturkan bagaimana ihwal peristiwa maut tersebut.
Baca: Perbandingan 2 Calon Ibu Kota Baru Bukit Soeharto dan Gunung Mas Menurut Jokowi
Baca: Usai Gagal Dua Turnamen, Kini Bali United Target Papan Atas dan Juara Liga!
Awalnya, kata dia, krama Subak Palian sedang melaksanakan gotong royong untuk perbaikan jalan subak termasuk jalan di atas jembatan yang menghubungkan Banjar Puseh dengan Banjar Bunyuh, Desa Perean.
Saat itu, dirinya, Pan Aris, dan Made Budi berdampingan sedang fokus bekerja meratakan tanah di atas jembatan sembari mengobrol dengan posisi menghadap ke timur.
Namun, ketika sedang fokus meratakan tanah timbunan di atas jembatan itu, badan jembatan justru amblas.
Ketiganya pun jatuh ke jurang alias pangkung.

“Belum ada satu jam bekerja, saya sempat melihat ada retakan tanah, tapi seketika saja kemudian jebol dan saya merasa sudah di bawah. Mungkin di bawah jembatan itu kosong. Saya sempat teriak-teriak minta tolong,” ungkapnya.