Desa Adat Berperan Penting Dalam Menghilangkan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Pengidap HIV/AIDS

Forum Peduli AIDS (FPA) telah banyak mencatat kasus yang terjadi mengenai permasalahan HIV/AIDS

Penulis: Rino Gale | Editor: Irma Budiarti
Kompas.com
Ilustrasi. Desa Adat Berperan Penting Dalam Menghilangkan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Pengidap HIV/AIDS 

Desa Adat Berperan Penting Dalam Menghilangkan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Pengidap HIV/AIDS

Laporan Wartawan Tribun Bali, Rino Gale

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bali sebagai masyarakat adat yang menjunjung tinggi kebudayaan dan adat istiadat seringkali berhadapan dengan masalah HIV/AIDS yang tidak bisa dipisahkan dengan masalah adat.

Permasalahan penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS semakin kompleks.

Bahkan hingga berkembang berbagai isu yang terjadi pada masyarakat umum sehingga menyebabkan munculnya stigma dan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

Forum Peduli AIDS (FPA) telah banyak mencatat kasus yang terjadi mengenai permasalahan HIV/AIDS yang terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat adat Bali.

Beberapa kasus yang sering terjadi diantaranya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA, baik stigma dari diri sendiri, keluarga maupun adat.

Tak dipungkiri, stigma terkait penularan HIV melalui sentuhan saat berbaur dengan para ODHA masih kencang berhembus di kalangan masyarakat.

Pemahaman yang salah inilah yang menyebabkan adanya diskriminasi terhadap ODHA, sehingga perlu adanya sosialisasi.

Baca: Viral Tren Unik Bulu Mata Keriting, Tertarik Mencobanya?

Baca: Hanya Butuh 1 Gambar, Periset Samsung Temukan Cara Ubah Foto Jadi Video

Inilah peran Desa Adat untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi dari masyarakat terhadap pengidap agar mereka tidak dikucilkan ketika bercerai maupun saat meninggal dunia.

"Kasus-kasus tersebut terjadi karena ketidakpahaman kita terhadap aturan adat di Bali. Kami tidak mempunyai data terkait banyaknya stigma dan diskriminasi kepada orang pengidap HIV/AIDS. Namun secara fakta, kita pernah mengalami dan mengimbau karena kasus seperti. Dan nyatanya masih banyak diskrimimasi. Maka dari itu, kita membuat forum dengan tema sudah waktunya adat bersama kita," ujar salah satu anggota FPA Made Efo Suarmiartha pada Minggu (26/5/2019), di Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba), Jalan Ciung Wanara IV, No 2, Renon.

Forum ini mengangkat tema
Forum ini mengangkat tema "Sudah waktunya adat bersama kita" di Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba), Jalan Ciung Wanara IV, No 2, Renon, Minggu (26/5/2019). (Tribun Bali/Rino Gale)

"Masih ada lagi yang kita imbau terkait diskriminasi. Banyak para pengidap yang kemudian bercerai dan kemudian tidak jelas status adatnya. Ini yang harus dicegah," tambahnya.

Hal-hal tersebut yang menjadi pemikiran kritis agar masyarakat bisa sadar akan kewajibannya dalam melaksanakan adat istiadat di Bali.

Dan peran prajuru adat bisa mengajak masyarakatnya lebih memahami dan mengikuti segala peraturan adat dalam pencegahan dan penularan HIV/AIDS.

Baca: Pedanda Istri Mohon Doa, Ida Pedanda Made Tembau Pelantun Puja Trisandya di TV & Radio Dirawat di RS

Baca: Bertambah, dalam 3 Bulan ini Facebook Telah Menghapus 2,2 Miliar Akun Palsu

Hal ini dilakukan agar kasus-kasus tersebut tidak terjadi lagi dan bisa menjadi pembelajaran untuk dapat mengurangi stigma dan diskriminasi tentang HIV/AIDS yang terjadi di masyarakat Bali.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved