EKSKLUSIF Tribun Bali
Pikul Tas Berat Rentan Penyakit Tulang
Akibatnya, implan atau sering disebut pen, harus dipasang di dalam lengan ibu berusia 55 tahun ini. Pemasangan itu untuk mempertahankan posisi tulang
TRIBUN-BALI.COM - BEKAS jahitan sepanjang kurang lebih 10 cm masih membekas tipis di lengan kanan Nandri, seorang ibu rumah tangga asal Denpasar. Luka itu karena dia jatuh terpeleset dan membuat tulang lengannya patah.
Akibatnya, implan atau sering disebut pen, harus dipasang di dalam lengan ibu berusia 55 tahun ini. Pemasangan itu untuk mempertahankan posisi tulang yang benar.
Dalam istilah medis, permasalahan tulang yang diderita Nandri tergolong penyakit tulang traumatis. Spesialis Orthopedi dan Traumatologi RSUP Sanglah, dr Ketut Suyasa SpB B Sp OT (K) Spine mengatakan, penyakit tulang digolongkan menjadi dua, yaitu trauma dan non trauma.
Dilihat dari asal katanya, trauma berarti luka. Penyakit tulang traumatis adalah penyakit yang diakibatkan oleh trauma atau luka. Penyakit ini biasanya ditimbulkan oleh kecelakaan yang dialami si pasien, misalnya patah tulang.
Patah tulang akibat kecelakaan inilah yang tengah dialami oleh Nandri. Satu pengobatan permasalahan tulang traumatis ini adalah dengan memasang implant atau pen.
Selain traumatis, ada pula permasalahan tulang yang tidak diakibatkan oleh luka atau kecelakaan. Ini digolongkan dalam jenis non-traumatis. Ada bermacam-macam penyebab penyakit tulang non-traumatis ini.
Misalnya kelainan genetis. Kelainan genetis ini bisa ditemui pada pasien anak-anak yang menderita kaki penkor atau penderita tulang bengkok atau skoliosis.
Penyakit tulang non traumatis juga bisa disebabkan oleh infeksi. Seperti yang terjadi pada penderita polio. Tulang penderita polio biasanya terlihat mengecil.
Namun, ini tidak diakibatkan oleh luka pada tulangnya. Melainkan akibat masuknya virus polio ke dalam aliran darahnya.
Namun, menurut Suyasa, keluhan tentang tulang yang paling sering dialami pasien adalah akibat faktor degeneratif.
Degeneratif adalah penyakit tulang yang diakibatkan oleh penambahan usia. Seperti pada penderita osteoporosis. Ostepososis merupakan penyakit tulang akibat berkurangnya kepadatan tulang.
“Akibatnya sering nyeri-nyeri di pinggang. Lutut atau persendian sering capek, itu biasa dialami penderita osteoporosis,” ujar Suyasa.
Selain infeksi atau faktor penuaan, Suyasa menambahkan, penyakit tulang juga ditimbulkan oleh kebiasaan buruk si pasien.
Misalnya duduk menghadap komputer terlalu lama dan tanpa jeda, pundak memikul tas yang terlalu berat atau melakukan aktifitas dengan punggung membungkuk.
Punggung yang terbiasa membungkuk akan membuat tulang bengkok dan rentan keropos. (*)
Sempatkan Terkena Sinar Matahari
SUYASA mengakui, pasien penderita osteoporosis yang diterimanya umumnya adalah perempuan.
“Ini memang karena faktor hormonal. Hormon perempuan berbeda dengan laki-laki. Kebanyakan memang osteoporosis itu dialami oleh perempuan,” ujarnya.
Osteoporosis ini, lanjut Suyasa, kebanyakan menyerang perempuan pasca-menopause atau sekitar usia 50 tahunan. Menopause pada wanita menimbulkan berkurangnya hormon estrogen dalam jumlah lebih banyak.
Berkurangnya hormone estrogen ini berdampak pula pada terlepasnya kalsium pada tulang. Berkurangnya kalsium inilah yang kemudian menyebabkan tulang rapuh.
Pria pun tidak lepas dari bahaya osteoporosis. Namun, lanjut Suyasa, biasanya menyerang laki-laki di usia 70 tahunan.
Ini dikarenakan laki-laki tidak mengalami menopause sebagaimana perempuan. Sehingga kalsium yang terlepas dari tulang tidak sebanyak yang dialami wanita.
Namun, Suyasa juga menambahkan, kasus merapuhnya kepadatan tulang ini tidak sama dengan pertumbuhan tulang. Tulang berhenti tumbuh di usia 20-21 tahun.
Seberapapun gizi atau asupan makanan si pasien tidak akan memperpanjang jangka waktu pertumbuhan tulangnya.
“Lempeng pertumbuhan itu sudah menutup di usia 20-21 tahun. Artinya, orang sudah tidak bisa tambah tinggi lagi setelah usia 21 tahun itu,” ujar Suyasa.
Sebaliknya, lanjut Suyasa, kasus osteoporosis dipengaruhi juga oleh kebiasaan dan asupan gizi pasien. Merapuhnya tulang ini bisa diperlambat progresifitasnya jika asupan gizinya cukup. Progresifitas pengrapuhan ini juga bisa dihambat dengan olahraga rutin.
Suyasa juga menyarankan untuk menyempatkan diri memaparkan tubuh di bawah sinar matahari di bawah pukul sembilan pagi.
“Saya sendiri tiap pagi selalu sempatkan diri terkena sinar matahari. Karena matahari akan membantu metabolisme vitamin D dan kalsium yang dibutuhkan tulang,” tutur Suyasa.
“Menjaga kesehatan tulang itu penting. Karena tulang itu kerangka tubuh. Tulang itu tempat menempelnya otot dan daging. Dia juga melindungi organ, seperti jantung dan hati. Kalau tulang tidak sehat, apalagi yang bisa menjadi penyangga tubuh,” ujarnya. (*)
Mitos tentang kesehatan tulang:
1. Tulang sudah tidak bisa bertambah tinggi di atas usia 20-21 tahun.
2. Mandi malam bukan penyebab reumatik. Nyeri karena dingin yang dialami sebenarnya berasal dari nyeri otot, bukan tulang.
Kebiasaan buruk yang memengaruhi kesehatan tulang:
1. Punggung memikul tas dengan beban berat
2. Melakukan aktifitas dengan posisi punggung membungkuk
3. Duduk terlalu lama
4. Terlalu banyak mengonsumsi makanan siap saji
Menjaga kesehatan tulang:
1. Usahakan meluruskan posisi tulang punggung dalam berbagai aktivitas
2. Menjaga asupan makanan yang bermanfaat untuk kesehatan tulang
3. Membiarkan tubuh terkena sinar matahari sebelum pukul 09.00
4. Olahraga rutin. Jika aktifitas seperti memikul ransel dengan beban berat atau duduk dalam jangka waktu lama tiap harinya, sulit dihindari, cara untuk mengantisipasi osteoporosis adalah dengan olahraga rutin.
Asupan makanan untuk kesehatan tulang:
1. Yogurt: mengandung vitamin D, sama halnya seperti sinar matahari yang mengandung vitamin D
2. Susu: memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D untuk tulang
3. Bayam: mengandung kalsium yang dibutuhkan tulang
4. Ikan laut: terutama sarden atau salmon yang mengandung vitamin D tinggi.(*)