Pembunuhan WNA Amerika
Tersangka Pembunuhan WNA Amerika Protes Diberi Menu Makan KFC
Tommy terutama berang, karena ia menganggap ayam goreng KFC adalah makanan untuk kalangan kelas bawah.
Penulis: Irma Yudistirani | Editor: Iman Suryanto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dua tersangka kasus pembunuhan di hotel St Regis Nusa Dua, yakni Heather Louis Mack (19) dan Tommy Schaefer (21), mengungkapkan keluhan mereka atas perlakuan pihak kepolisian yang dinilainya `rasis` karena mereka diberi jatah makan KFC (Kentucky Fried Chicken) di tahanan.
Mereka menilai KFC itu disuguhkan lantaran mereka berkulit hitam. Tommy terutama berang, karena ia menganggap ayam goreng KFC adalah makanan untuk kalangan kelas bawah.
Polisi mengaku heran dengan tuduhan tersebut, karena di Bali KFC adalah makanan yang mahal untuk ukuran kalangan kelas bawah, dan bukanlah makanan untuk golongan berpenghasilan rendah.
Kapolresta Denpasar, Kombes Djoko Hariutomo, mengakui bahwa Heather mengeluhkan tentang menu makanan serta menuding tidak diperlakukan dengan semestinya di tahanan.
“Padahal, kami justru memberikan perlakuan di atas rata-rata untuk dia. Kami malah memberi perhatian khusus pada Heather karena ia masih muda dan juga sedang hamil. Ini kan masa transisi bagi dia,” jelas Kapolresta kemarin.
Kapolresta mengatakan, kalau pengacara Heather ingin menuduh bahwa polisi Indonesia menggunakan kekerasan terhadap Heather, dia dipersilakan untuk membuktikannya.
Sejauh ini baik Heather maupun pacarnya Tommy tidak mau memberi keterangan saat diperiksa oleh polisi. Keduanya jadi tersangka karena diduga kuat sebagai pelaku pembunuhan Sheila von Wisse Mack, yang tak lain adalah ibunda Heather, pada 12 Agustus lalu.
Mayat Sheila kemudian dimasukkan ke dalam koper besar dan ditinggalkan begitu saja di halaman hotel oleh Heather dan Tommy setelah mereka memesan taksi. Sopir taksi yang curiga atas koper tersebut lantas melaporkan hal itu ke polisi.
Bungkamnya kedua tersangka, terutama Heather, diketahui atas perintah pihak pengacaranya dari firma hukum Michael Elkin di Chicago.
Sementara itu, jenazah Sheila akan diterbangkan ke tempat asalnya di Chicago untuk diselidiki oleh lanjut oleh FBI (Biro Penyelidikan Federal) Amerika Serikat. “Jenazah akan diterbangkan ke Amerika pada Rabu (20/8) pagi hari. Kami harus menyelesaikan dulu proses administratifnya sebelum jenazah diserahkan,” kata dokter Dudut Rustyadi dari Bagian Forensik RSUP Sanglah.
Sebagaimana dikutip MailOnline tadi malam, polisi mengungkapkan bahwa kedua tersangka mungkin saja dibawa ke AS untuk diadili.
Jenazah Sheila telah dikemas dalam peti dan diperkirakan akan diterbangkan ke Chicago pada Rabu (20/8) besok. Seorang agen FBI yang sudah berada di Bali, sedang mengupayakan penerbangan untuk jenazah Sheila ke AS.
Menurut Kepala Bagian SMF Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr IB Putu Alit DFM SpF, pihak kepolisian telah menyatakan barang bukti yang diperlukan dari jenazah Sheila sudah cukup.
Bahkan jenazah pun sudah diserahkan polisi kepada pihak Konsulat AS sejak Sabtu (16/8) lalu. "Tinggal konsulat mengambil jenazahnya," kata Alit. Hingga saat ini, jenazah Sheila masih ada di kamar jenazah.
Sementara itu, kamar di hotel St Regis di mana Sheila dibunuh ternyata bukanlah kamar nomor 616 yang diinapinya, melainkan kamar nomor 317 yang ditiduri Tommy dan Heather.
Menurut rekaman CCTV hotel St Regis, pada 11 Agustus malam terlihat Sheila cekcok dengan Heather dan Tommy di lobi hotel. Terdengar Sheila menyuruh Heather dan Tommy untuk membayar kamar hotel yang diinapinya, karena Sheila telah membayar penerbangan Tommy ke Bali.
Namun, cekcok terhenti dan mereka bertiga menuju ke kamar. Petugas kini sedang menyelidiki apakah Sheila pergi ke kamar Heather dan melanjutkan cekcok. Diduga Sheila tertekan setelah mendengar bahwa Heather telah hamil 2 bulan.
Hasil pemeriksaan forensik di RSUP Sanglah Denpasar menunjukkan bahwa Sheila tewas karena mengalami asphyxiation, yakni patah pada tulang leher dan hidung yang membuatnya kesulitan bernafas dan meninggal.
Ia dihajar dengan keras memakai asbak dan vas bunga dari kaca tebal sampai kedua benda itu pecah berantakan. Diperkirakan, Sheila tewas antara pukul 06.45 dan 10.00 pagi pada 12 Agustus lalu.(Tribun Bali Cetak)