EKSKLUSIF Tribun Bali

Sedang Bermain, Kami Diselundupkan ke Bali

Perdagangan Tenaga Kerja di Bawah Umur

Editor: Iman Suryanto
Tribun Bali/Istimewa
Ilustrasi perdagangan manusia 

Tragisnya setelah beberapa bulan di kampung halaman, Lauren mendapat informasi bahwa wanita itu meninggal dunia akibat terinfeksi HIV/AIDS. “Jadi kami duga selama di tempat penyekapan ini dia diperkosa,” ulasnya.

Pada umumnya, korban perdagangan manusia dari NTT ke Bali adalah para wanita.

Tahun ini, Lauren juga pernah menerima kasus seorang pembantu yang bernama RTI. “Awalnya dia direkrut di Maumere kemudian dibawa ke Bali, lalu dikirim ke Jakarta. Setelah dua bulan dibawa balik ke Denpasar terus ke Lombok dan ke Singaraja,” urainya.

Nasib wanita itu juga tragis. Setelah bekerja di Singaraja sebagai pembantu, dia kemudian dibawa oleh majikannya ke Terminal Batubulan Gianyar. “Hanya dikasih uang Rp 50 ribu terus ditinggal begitu saja,” ulasnya.

Untungnya RTI ditemukan oleh polisi yang sama-sama dari NTT. RTI kemudian dibawa ke rumah Lauren untuk diamankan. “Sekarang kami sudah pulangkan dia,” terangnya.

Lauren menduga kuat, kasus-kasus seperti ini cukup banyak di Denpasar. Sayangnya, pengungkapan dan penindakan kasusnya masih nihil. Dari pantauan Lauren, sejumlah tempat yang diduga sebagai penampungan kini sudah mulai dikosongkan.

“Sekarang ada satu kasus yang sedang ditangani oleh Polresta Denpasar, tapi sudah berbulan-bulan belum rampung. Sampai sekarang belum P 21 (berkas selesai untuk diserahkan ke kejaksaan, red). Padahal kami sudah bolak balik bawa korban untuk diperiksa,” jelasnya.

Sementara itu, juru bicara sekaligus Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Bali, Kombes Pol Herry Wriyatmoko mengatakan, pihaknya akan menelusuri keberadaan laporan-laporan terkait penyelundupan dan perdagangan anak di bawah umur.

Ini Perbudakan Modern
Kasus-kasus perdagangan manusia (human trafficking), terutama dengan cara menyelundupkan tenaga kerja ke Bali, sebagian besar melibatkan warga asal Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai korbannya. Demikian menurut Ketua Umum Ikatan Keluarga Besar Flobamora NTT Daerah Bali, Yosep Yulis Diaz.

Dalam pandangan Yulis Diaz, minimnya lapangan kerja di NTT menyuburkan praktek yang lebih mirip sebagai perbudakan modern ini.

“Sampai bulan ini kami masih melakukan advokasi terhadap tujuh orang pekerja yang tidak digaji oleh majikannya,” kata Yulis Diaz pada akhir pekan lalu.

Disebutkan, biasanya para perekrut pekerja beroperasi di kampung-kampung atau pasar di NTT. Yang rawan jadi sasaran adalah para wanita di bawah umur dengan pendidikan rendah (maksimal lulus SD) serta berasal dari keluarga ekonomi lemah.

“Sebanyak 95 persen korban adalah wanita. Perekrut dapat Rp 2,5 juta setiap dapat satu orang,” kata Yulis Diaz.

Dari pengakuan para korban, pada umumnya masalah yang mereka hadapi adalah perlakuan tidak manusiawi dari tempat penampungan dan majikan.

“Dalam lima tahun terakhir ini, jumlah kasusnya semakin meningkat,” kata Yulis Diaz tanpa member data rinci.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved