Bentrokan di Lapas Kerobokan
Lapas Kerobokan Jadi Surga Para Mafia, Oknum Sipir Mata Duitan Jadi Kaki Tangan?
Selain masuk lewat sentrat, narkoba maupun senpi dan sajam bisa masuk ke dalam lapas dengan memanfaatkan oknum sipir mata duitan.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Kelas IIA Denpasar di Kerobokan, Badung, Bali disebut-sebut menjadi sarang mafia narkoba.
Menurut penuturan seorang mantan narapidana Lapas Kerobokan, WP (32), lapas terbesar di Bali ini merupakan surga dunia bagi mafia narkoba dan senpi.
(Ini Fakta Mengejutkan Berbagai Temuan di Lapas Kerobokan)
Sebab di dalam lapas mereka bisa berdagang dengan aman dan nyaman.
Saat ditemui di desa kecil nan indah di Kabupaten Badung, Minggu (20/12/2015) siang, WP yang juga mantan anggota ormas ini menceritakan bahwa tidak sedikit pengedar narkoba sengaja masuk atau minta dimasukkan kembali ke dalam lapas.
Selain masuk lewat sentrat, narkoba maupun senpi dan sajam bisa masuk ke dalam lapas dengan memanfaatkan oknum sipir mata duitan.
Mereka diperbudak uang sehingga mau menjadi bawahan mafia lapas.
Kata WP, jumlah oknum sipir yang menjadi kaki tangan mafia lapas tidak banyak.
Hanya ada sekitar empat atau lima orang.
Beberapa oknum yang dibekingi ratusan penjahat ini mengancam sipir lainnya bila kedok mereka terbongkar.
"Transaksi yang dilakukan selalu lancar karena ada oknum petugas yang ikut bermain. Mereka-mereka ini orang yang mata duitan. Kalau sudah lihat duit, apapun mau dilakukan. Sekali tugas, oknum ini dapat Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta," tegasnya.
Para mafia lapas, kata WP, telah menjadi sumber uang untuk penjahat-penjahat kelas teri dan juga oknum petugas lapas.
"Kalau kami yang kecil-kecil ini butuh uang untuk keluarga di rumah, tawarin saja jasa pijit, uang Rp 50 ribu pasti dapat. Tapi harus jaga sikap, kalau tidak bisa digantung saya. Kalau digantung, besok keluar di koran pasti dibilang bunuh diri. Padahal dibunuh," ujarnya lalu tertawa.
Terkait ditemukannya jenglot, kata WP, hal ganjil di dalam lapas bukanlah hal baru.
Selain benda-benda seperti jenglot, beberapa napi juga memanfaatkan malam hari untuk memperkuat ilmu kanuragan.
"Coba Anda masuk tempat tahanan saat malam hari, pasti Anda akan melihat orang-orang bertapa dengam gaya yang aneh-aneh. Seperti kepala bertumpu di teras, kaki ke atas, dan ini dilakukan sampai pagi. Pokoknya yang aneh-aneh begitu, di lapas sudah biasa," ungkapnya.
Berdasarkan informasi dari petugas yang ikut melakukan sweeping sejak beberapa hari lalu, ada berbagai hal yang membuat aparat kemanan terkejut melihat keadaan di dalam Lapas Kerobokan.
Salah satunya adalah di setiap blok terdapat warung-warung kecil yang dijaga oleh napi senior.
Sementara pemasok dagangan di warung-warung ini adalah koperasi yang berada di dalam lapas.
"Atas hal ini, kami jadi berpikir, apakah warung-warung ini yang dijadikan warung tempat membeli barang terlarang seperti narkotika, ganja, arak, sajam, dan senpi?" ujar petugas yang enggan disebutkan namanya itu.
Berdasarkan barang bukti dan analisa yang dilakukan sumber Tribun Bali ini, besar kemungkinan adanya transaksi barang terlarang secara nyata di dalam lapas.
Misalnya saja, barang bukti berupa arak 20 liter, butiran ekstasi dalam klip, dan sebagainya.
"Kalau ekstasi sudah dalam klip dan barang-barang terlarang dalam jumlah besar, itu membutikan barang itu sudah siap jual," ujar mantan penyidik Polri ini. (*)