Pantai Rening Jembrana Dulu Jadi Primadona Tapi Kini Ditinggalkan

Pantai Rening di Banjar Pakraman Rening, Desa Pekraman Baluk, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali terkenal dengan keindahannya.

Penulis: I Gede Jaka Santhosa | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/I Gede Jaka Santhosa
Seorang warga bersama keluarganya sedang berjalan-jalan di jogging track senderan abrasi Pantai Rening 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Pantai Rening di Banjar Pakraman Rening, Desa Pekraman Baluk, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali terkenal dengan keindahannya.

Namun sejak dilanda abrasi beberapa tahun belakangan ini, pantai ini seperti mati suri.

Meskipun sudah dibangun tanggul penahan abrasi, namun kunjungan tetap sedikit.

Dalam satu dekade lalu, Pantai Rening menjadi idola bagi warga Kecamatan Negara dan sekitarnya untuk berekreasi. Pasir hitam mengkilat, ombak landai, dan pemandangan yang asri dengan rimbun pohon kelapa menjadi magnet tersendiri bagi para wisatawan lokal.

Para pengunjung ada yang ingin sekadar berekreasi maupun mandi di pantai.

Namun akibat abrasi yang terjadi sejak tiga tahun belakangan ini, pantai seakan mati suri.

Meskipun sudah ditangani dengan membangun senderan penahan abrasi, namun tetap saja kunjungan ke pantai ini menurun, tak seperti masa kejayaannya dulu.

Kelian Banjar Pekraman Rening, I Ketut Kornen, ketika dikonfirmasi Tribun Bali, Selasa (22/12/2015) mengakui kunjungan wisatawan beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan drastis.

Diduga, penurunan ini dikarenakan kondisi pantai sekarang yang sudah minim pasir dan didominasi batu karang pada tepi pantai sehingga warga enggan mandi maupun sekedar berekreasi ke Pantai Rening.

“Dulu itu kalau Minggu saya sampai tidak bisa lewat ke pantai. Kalau sekarang-sekarang sepi sekali. Mungkin ini siklus alam, pasirnya jadi hilang dan ombaknya sudah mepet ke senderan,” kata dia.

Pihaknya tak bisa berbuat banyak untuk menata ulang kembali Pantai Rening.

Namun diharapkan pihak Desa Dinas Baluk dan Pekraman Baluk bisa mengambil langkah tepat guna mengembalikan lagi keindahan Pantai Rening ini.

Pasalnya, tak sedikit warga lokal yang dulunya sempat menggantungkan hidupnya dari hasil berjualan di sekitar pantai.

Saat ini, jumlah kepala keluarga (KK) di Banjar Pakraman Rening mencapai sekitar 340 KK.

Dari jumlah tersebut, sekitar 85 persen di antaranya bekerja sebagai petani dan 15 persen sisanya menggantungkan hidupnya melaut atau nelayan dan bekerja buruh bangunan.

Di banjar ini dulu juga sempat terdapat sejumlah KK yang bekerja sebagai pembuat gula merah atau tukang tiris tuak.

“Selain potensi wisata Pantai Rening, di banjar kami juga ada potensi sebagai penghasil batu bata merah. Ada sekitar 10 tempat produksi batu bata merah di sini,” kata pria yang sudah enam tahun menjadi Kelian Banjar Pakraman Rening ini. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved