Hari Raya Imlek
Loncat Sana Sini, Cermati Keuangan di Tahun Monyet Api !
Tahun ini, segala sesuatu dari berbagai aspek tidak bisa diprediksi.
Penulis: Cisilia Agustina. S | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Perayaan Tahun Baru Imlek 2567/2016 yang jatuh Senin (8/2/2016) hari ini sebagai penanda memasuki Tahun Monyet Api.
Tahun ini, segala sesuatu dari berbagai aspek tidak bisa diprediksi.
(Ini Berbagai Makna Pernak Pernik Imlek, Kertas Berlafal Fu untuk Rezeki)
Termasuk mencermati masalah keuangan yang merosot di tahun ini.
(Hujan Menyambut Tahun Baru China, Berkah Kembali Diturunkan)
Menurut Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Bali, Hendra Ariska Wasita, layaknya tingkah laku monyet, meskipun tidak membahayakan namun kejailannya dianggap luar biasa.
Api yang dibawa monyet ini pun menjadi satu hal yang harus diwaspadai.
“Monyet ini kan loncat sana, loncat sini. Baik dunia ekonomi, apapun tidak bisa diprediksi arahnya. Yang juga harus diwaspadai adalah api. Api jika salah dikelola akan menyebabkan bencana. Salah satunya yang perlu dicermati keuangan yang sedang merosot secara universal dan melanda Indonesia,” ujar Hendra kepada Tribun Bali, Minggu (7/2/2016).
Kemarin, sedari pagi, warga Tionghoa di Bali bersama umat Buddhist lainnya pun bersembahyang di Vihara Dharmayana/Leeng Gwan Bio, Kuta, Badung, Bali, untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2567/2016 yang jatuh pada tahun 1 Tjia Gwee 2567, menurut penanggalan Tionghoa.
Canang-canang sebagai bentuk akulturasi budaya Hindu dan Tionghoa di Bali, tampak memenuhi meja kongco-kongco berikut dengan wewangian dari dupa-dupa yang dibakar oleh para umat di area persembahyangan.
Lebih dari 150 lampion dari masing-masing umat tampak telah menggantung di area langit-langit vihara memperkental suasana Imlek yang juga menjadi awal dari Tahun Monyet Api.
Lampion-lampion yang juga berisi pesan para umat ini, dikatakan oleh Romo Handi, tokoh rohaniawan Buddhist di vihara tersebut, akan menyala tiap malam hari selama setahun.
Lilin-lilin besar dari para umat pun tampak di area depan vihara.
Lilin-lilin yang juga menjadi lambang kebijaksanaan ini akan dinyalakan pada hari Imlek dan bisa bertahan hingga enam bulan.
Lebih dari 20 pasang lilin, ada yang berukuran 800 kg, 300 kg, dan 200 kg.
“Menghidupkan lilin ini lama, tujuannya menghilangkan kegelapan, seperti fanatisme dan hal-hal yang buruk. Sementara untuk lampion, pesannya berharap untuk hal-hal terbaik,” ujar Romo Handi.
Untuk perayaan Imlek sendiri, disebutkan oleh Romo Handi senada setiap tahunnya.
Bahkan untuk di Vihara Dharmayana digelar sejak sore kemarin.
Sekitar pukul 17.00 Wita, vihara yang pada perayaan Imlek hari ini tepat berusia 36 tahun, juga mengadakan kirab.
Prosesi kirab ini menghadirkan barongsai, liong, dan pembawa bendera berkeliling blok vihara.
Dalam satu putaran, setiap ada pertigaan dan perempatan, mereka akan pentas.
Tujuannya untuk menenangkan dan menjaga keharmonisan di tempat-tempat tersebut.
“Mereka keluar jam 5 sore, setiap perempatan dan pertigaan akan pentas dan sembahyang dengan menghatur banten. Seperti pada ajaran umat Hindu Bali, ada Bhuta Kala, tujuan kirab ini untuk menenangkan dan menjaga keharmonisan di tempat ini,” ujar Romo Handi.
Tradisi kirab Tung Nam Sie Pe Cung (sebelumnya disebut Che It) ini hampir mirip dengan prosesi ngelawang yang dilakukan oleh umat Hindu Bali.
Meski menimbulkan kemacetan, namun prosesi berjalan lancar, dan banyak pengendara yang kemudian menonton prosesi tersebut.
Tak hanya di Vihara Dharmayana, begitu juga dengan di Griya Kongco Dwipayana Jalan By Pass Ngurah Rai, Tanah Kilap, Denpasar Selatan, juga digelar persembahyangan tadi malam.
Mulai pukul 23.00 Wita, segenap umat di klenteng ini bersembahyang bersama.
Ida Bagus Adnyana, Atu Mangku Griya Kongco Dwipayana, mengatakan tadi malam sebagai final pembersihan.
Mulai dari altar dan lingkungan sudah dibersihkan dan disucikan guna menyambut sembahyang membuka dan menutup yang digelar pada malam pergantian tahun.
“Malam ini (tadi malam, red) dilakukan sembahyang menutup dan membuka, hingga kira-kira pukul 01.00 Wita. Maknanya menutup tahun yang lama dan membuka tahun yang baru. Sementara besok (hari ini, red), baru dilanjutkan sembahyang di hari H,” ujar Atu Mangku Adnyana.
Yang berbeda menurut Atu Mangku Adnyana, tadi malam digelar sembahyang secara bersama-sama.
Saat sembahyang menutup dan membuka ini juga digelar pentas barongsai.
Sementara pada hari H Tahun Baru Imlek, sembahyang biasa dilakukan para umat secara personal.
“Barongsainya akan pentas lagi untuk hari H, pukul 20.00 Wita,” ujarnya.
Warga Tionghoa pun berharap mendapatkan kelimpahan di Tahun Baru Imlek ini, meski shio yang berlaku tahun Imlek 2567 adalah monyet dengan unsur api.
"Saya selalu mengharapkan mendapatkan kelancaran dan kesuksesan usaha. Seluruh rezeki dan pendapatan bisa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Yang utama mengharapkan kesehatan buat keluarga," jelas Putu Dian usai sembahyang di Wihara Dharmayana, kemarin. (*)