Bali Macet? Ah, Sudah Klasik, Ini Fakta-Faktanya
Kemacetan kini sudah menjadi masalah klasik di Bali.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Yudistirani
“Ini selalu menjadi keluhan begitu wisatawan turun dari bandara, saya rasa pemerintah harus cepat mengambil sikap yang solutif,” ungkapnya.
Ketua Asita Bali, I Ketut Ardana, membenarkan masalah kemacetan menjadi keluhan wisatawan.
Baginya Bali selatan sudah sangat crowded, khususnya masalah kemacetan.
"Seperti kemarin di Kuta itu, sampai tidak bisa bergerak, yang bisa bergerak hanya yang jalan kaki saja,” tuturnya.
Ia juga mengamini, macet menyebabkan perjalanan tersendat hingga berjam-jam dari estimasi waktu yang seharusnya hanya ditempuh sekitar 30 menit.
“Kadang bisa sampai dua jam di jalan saja, kami dari travel agent ya berusaha menjelaskan saja, agar turis ini tidak komplain,” katanya.
Sebagai solusi, Ardana mengharapkan pemerintah membijaksanai pembangunan di Bali selatan, dengan menghentikan pembangunan akomodasi dan membangun akses jalan yang memadai.
“Mungkin kalau mau membangun fasilitas pariwisata bisa ke timur, barat, dan utaranya Bali, bukan di selatan lagi,” tegasnya.
Selain di kawasan Bali selatan, hingga kemarin kemacetan juga masih terjadi di jalur Gilimanuk-Denpasar, jalur Denpasar-Singaraja tepatnya di kawasan wisata Bedugul, dan Tanah Lot.
Begitu juga kawasan wisata Kintamani, Bangli dan "kampung turis" Ubud, Gianyar.
Di Bedugul, lalu lintas terpantau padat, meski kepadatannya tidak seperti pada Kamis (5/5/2016).
Kendaraan masih bisa berjalan kendati pelan.
Justru kepadatan pengunjung tampak di obyek wisata DTW Tanah Lot yang diperkirakan kunjungan masih tinggi sekitar dua kali lipat dari hari biasa. (*)