Ida Pedanda Gunung Wafat

Siapa Sesungguhnya Ida Pendanda Gunung Hingga Sosoknya Disegani Umat?

Untuk menutupi biaya operasional pesraman karena semua pendidikan dan pelatihan diberikan secara gratis selain menerima donatur dari umat, Ida

Facebook
Ida Pedanda Gede Made Gunung 

Mula - mula beliau aktif di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) kecamatan Blahbatuh, PHDI Gianyar (1989-1994) PHDI Bali (1994-2001) dan PHDI Bali versi Campuhan (2001-2006)

Catatan Sebelum Madiksa
Dua tahun sebelum madiksa (menjadi pendeta), beliau sudah mulai membenahi pola pikir, perkataan dan perbuatan sebagai persiapan memasuki dunia kependetaan.

Suatu hari, kira-kira 4 bulan sebelum madiksa, beliau pergi mengunjungi Rumah Sakit Sanglah untuk melihat mereka yang dirawat disana, beliau ingin merasakan bagaimana kondisi dan penderitaan mereka yang sedang sakit , beliau juga berjalan mengunjungi UGD, mengunjung bangsal - bangsal yang lain hingga berakhir di depan kamar mayat.

Setelah itu beliau mengunjungi Rumah Sakit Wangaya untuk tujuan yang sama. Beliau juga mengunjungi Super Market, sekedar untuk melihat bagaimana anak - anak bermain dan menikmati santapan.

Disana beliau sempat diikuti oleh satpam, yang barangkali merasa agak janggal karena melihat beliau yang berjenggot, berambut panjang dan menggunakan destar datang ke tempat seperti itu dan seperti dengan tujuan yang tidak jelas. Setelah itu beliau mengunjungi supermarket yang lain yang baru saja di buka.

Beliau tidak mengunjungi diskotik atau tempat hiburan yang lain karena untuk mengunjungi tempat seperti itu harus membayar terlebih dahulu.

Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan ke pasar burung, mendengarkan kicauan burung dan melihat berbagai jenis peliharaan yang dijual disana.

Disamping itu beliau juga pernah ikut menjadi sopir truk mengikut temany beliau yang menjadi sopir truk untuk mengirim pasir dari Klungkung ke daerah lain di Bali.

Beliau melakukan itu untuk mengetahui bagaimana rasanya menjadi sopir truk.

Setelah beliau merasa sudah cukup, mulailah beliau menyusun program tangkil (menemui) para sulinggih (pendeta) se-Bali. Dalam buku harian beliau, tercatat beliau pernah tangkil kepada 325 sulinggih.

Untuk apa beliau melakukan semua itu? Beliau mengatakan semua itu sebagai persiapan mental untuk memasuki dunia kependetaan.

Seperti merintis sebuah bangunan, sebelum memulai membangun seseorang perlu melihat berbagai model bangunan yang ada sebagai perbandingan dalam merencanakan bangunan yang baru.

Unsur-unsur yang cocok ditiru, yang kurang cocok dipelajari dan seterusnya. Dan ternyata semua yang beliau dapat dari pengalaman tersebut sangat mendukung tugas-tugas yang harus beliau emban sekarang.

Semua babonnya dari sana. sebuah contoh sederhana, begitu menjadi Pedanda, banyak orang yang tangkil dan semuanya bermacam-macam. Ada yang halus dan adakalanya agak emosional.

Semua harus dihadapi dengan sabar. Tidak mungkin dihadapi dengan kekerasan dan main pukul seperti sewaktu beliau menjadi pelatih karate dulu.

Kalupun sekarang beliau memukul, tidak menggunakan pukulan fisik tetapi pukulan rohani. Tingkat kerohanian akan berjalan baik apabila didukung oleh pengalaman, mental dan fisk yang kuat.
Beliau mengatakan bahwa tujuan utama beliau untuk menjadi Pedanda bukan semata hanya untuk muput yadnya, melainka senantias meningkatkan kualitas kerohanian atau Dharma Agama.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved