Pesta Kesenian Bali
‘Tragedi Bali’ Kisah Subali dan Sugriwa, Apa Salah Hamba? Apa Dosa Hamba?
Tempyas, tempyas, tempyas…! Tatkala Bali dan Sugriwa bertarung hebat, tiba-tiba sebuah panah menusuk tubuh Bali
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Aloisius H Manggol
Ada pesan yang disampaikan secara lelucon, ada pula dengan cara serius melalui drama.
Sejumlah pesan itu antara lain bahwa zaman sekarang banyak orang perang antarsaudara.
Banyak pula orang yang hanya suka menyalahkan, tanpa sadar diri kita seperti apa.
Pun begitu soal manusia yang suka main kroyokan tatkala berkumpul tapi ketika sadar sudah salah malah saling lempar-- juga disinggung dalam pementasan ini.
“Secara umum, pementasan ini kami buat sesuai dengan tema PKB kali ini yaitu Karang Awak, mencintai tanah kelahiran. Karena kelihatan disitu Subali dan Sugriwa itu gak mencintai. Kesalahan pertama disebut oleh rama karena dia tidak mencintai karang awak. Karena tidak ada niatnya dia untuk kembali lagi datang ke tanah kelahirannya, apalagi untuk memelihara itu kan tidak ada. Kemudian kedua memperebutkan Cupu Manik Astagina kesalahan kedua itu dan dosa lainnya bagaimana dia itu memperebutkan istri yang bukan haknya,” jelas IB Purwasila.
Pementasan Drama Klasik “Tragedi Bali” yang dibawakan oleh Sanggar Teater Mini mampu memukau ratusan penonton yang memadati gedung Ksirarnawa, Taman Werdhi Budaya Art Center.
Liuk gemulai tarian yang dibawakan oleh para seniman dalam fragmen demi fragmen pementasan diselingi pula oleh sentuhan teknologi berupa slide animasi yang mendukung jalannya cerita.
Selain itu, dalam garapan ini juga diselipkan pertunjukan wayang kulit dan sentuhan tari serta musik kontemporer.(*)