Bangke Matah Dikubur di Klungkung Bali
Ini yang Diucapkan Dewa Aji Tapakan Usai Bangkit dari Kubur
Dewa Sukaryanida, seorang kerabat dari Dewa Aji Tapakan mengakui jika kerabatnya tersebut awalnya adalah sosok pria yang sangat penakut.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Dewa Aji Tapakan yang berperan sebagai layon dalam ritual Calonarang di Klungkung berasal dari keluarga besar Dewa Kedisan Maha Gotra Taman Bali.
Dewa Sukaryanida, seorang kerabat dari Dewa Aji Tapakan mengakui jika kerabatnya tersebut awalnya adalah sosok pria yang sangat penakut.
Baca: Dewa Aji Tapakan Bermandi Keringat Bangun dari Kuburnya
Bahkan, hanya untuk buang air kecil terkadang Dewa Aji Tapakan minta diantar oleh istrinya.
“Sifat dasar atau background dari Dewa Aji Tapakan sebenarnya penakut. Kami juga awalnya, tidak menyangka ia berani ngayah sebagai layon seperti ini,” ujar Dewa Sukaryanida
Pihak keluarga besar sangat bersyukur segala prosesi Calonarang Watangan Mependem di Desa Getakan Klungkung, dapat berjalan dengan lancar dan aman.
Ini merupakan kali pertama digelar Calonarang dengan bangke-bangkean yang dikubur.
Sementara itu tidak banyak hal yang diungkapkan Dewa Aji Tapakan pasca ritual sakral tersebut.
Pria berusia 55 tahun ini tidak memberikan pernyataan gambalang, saat ditanya apakah selanjutnya akan kembali ngayah dan melakoni peran sebagai layon di tahun berikutnya.
Ia hanya tersenyum sembari berucap jika dirinya saat ngayah selalu didasari dengan tulus ikhlas.
“Jika kehendak Ida Sesuhunan, saya siap ngayah dengan ikhlas,” jelasnya. (*)
