Lepetan, De Gadjah Angkat Bicara: Keluarga Pelaku Penusukan Bripda Putu Ingin Damai

De Gadjah mengatakan keluarga pelaku sudah sempat mendatangi rumah korban Bripda I Putu Agus Adanyana dan meminta maaf atas kejadian tersebut.

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa/Prima/Dwi S
Kronologi penusukan di Depan Puri Pemayun, Kesiman. Kanan: Bripda Putu Agus saat menjalani perawatan di RS Trijata Denpasar 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Terkait insiden di depan Puri Pemayun Kesiman, Denpasar, Made Mulyawan Arya mengaku pihaknya sangat kooperatif.

Begitu ia mengetahui kejadian tersebut, pria yang akrab disapa De Gadjah ini langsung menyerahkan anggotanya ke kepolisian.

Baca: Anggota Ormas Tusuk Leher Polisi, Ini Kronologi Peristiwa Berdarah di Depan Puri Pemayun

Baca: Lacak Pelaku Penusukan Bripda Putu Agus, Polisi Temui Pimpinan Ormas

"Bagaimana pun, kami sudah punya itikad baik menyerahkan anggota kami. Kami sudah minta damai, tapi kalau tidak diterima mohon permintaan maaf kami diterima. Ini di luar kendali saya. Kemarin (Kamis malam, red) saya tidak ada di tempat kejadian," kata De Gadjah melalui sambungan telepon kepada Tribun Bali, tadi malam.

polisi ditusuk ormas
Anggota polisi menunjukkan barang bukti pisau lipat, bongkahan batu, dan pakaian adat saat rilis penangkapan tiga pelaku pengeroyokan terhadap seorang anggota Sabhara Polda Bali, Bripda I Putu Agus Adnyana, Jumat (11/11/2016), di Mapolda Bali. Inzet: Bripda Putu Agus saat menjalani perawatan di RS Trijata Denpasar

Akibat kejadian itu, De Gadjah mengatakan keluarga pelaku sudah sempat mendatangi rumah korban Bripda I Putu Agus Adanyana dan meminta maaf atas kejadian tersebut.

Bahkan, segala pengobatan dan kerusakan pada mobil akan ditanggung penuh.

"Keluarga juga sudah datang ke sana minta maaf, sanggup menanggung semua biaya perawatan. Membiayai kerusakan semuanya. Kami kooperatif. Kami ingin damai," kata De Gadjah.

Dalam ormas yang dipimpinnya, De Gadjah mengaku dirinya sudah mewanti-wanti agar anggotanya tidak melakukan tindakan-tindakan arogan.

Namun, lantaran sudah kadung terjadi, De Gadjah menganggap ini sebagai pelajaran dan akan selalu berbenah agar lebih baik lagi.

"Saya sebagai tetua kan tidak tahu menahu. Saya juga menyesalkan. Selama ini saya juga melarang anggota kami. Tapi sebenarnya ini sebab akibatlah," katanya.

Namun, menurut De Gadjah, hal ini juga harus menjadi pelajaran semua pihak.

Sebab, berdasarkan kronologi versinya, mobil korban sudah disetop karena ada banyak orang sedang menyeberang.

Harusnya korban mengikuti arahan.

Apalagi, disetopnya mobil itu karena ada upacara adat dan berpakaian adat.

"Sebenarnya kami bisa saja mengelak. Orang tidak ada bukti tidak ada saksi. Tapi ya sudah kami serahkan saja. Jadi kejadiannya kemarin itu yang nyeberang banyak orang. Bukan cuma adik-adik kami. Disetop sama polisi bimas itu. Yang lainnya berhenti, tapi dia nyelonong dan hampir menabrak adik-adik kami. Akhirnya reflek, perang mulut, ribut, akhirnya terjadilah begitu," tutur De Gadjah.

Namun demikian, pria berbadan besar ini juga menyadari bahwa perbuatan anggotanya itu memang tidak dibenarkan.

"Lepetan (ketiban sial) istilahnya. Kami akan berusaha berbuat yang lebih baik lagi. Yang jelas kami akan bertanggung jawab dan menghormati hukum yang berlaku," pungkas De Gadjah yang juga selaku Wakil Ketua DPRD Denpasar ini. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved