Eksekusi di Kampung Bugis Serangan
Mohadi Sesalkan Pernyataan Mangku Pastika, Sebut Warga Etnis Bugis di Serangan Hanya 3 KK
Mohadi Kepala Lingkungan Kampung Bugis Serangan Denpasar Selatan Bali mengaku sungguh kecewa dengan pernyataan Gubernur
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Pernyataan Gubernur Made Mangku Pastika mendapat reaksi keras dari warga.
Itu terkait dengan pernyataan Gubernur yang menyebut penggusuran itu hanya melibatkan warga Bugis yang hanya 3 KK (Kepala Keluarga).
Padahal sedari awal warga menyatakan bahwa 36 KK.
Mohadi Kepala Lingkungan Kampung Bugis Serangan Denpasar Selatan Bali mengaku sungguh kecewa dengan pernyataan Gubernur.
Sebab, warga yang sedang dirundung kesusahan benar-benar 36 KK.
Bukan 3 KK yang seperti disebut oleh orang nomor satu di Bali itu.
"Kami ingin Bapak Gubernur turun dan melihat keadaan yang sesungguhnya. Dan mohon diklarifikasi ke media, bahwa bukan 3 tapi 36 KK yang digusur," tegasnya, Rabu (4/1/2017).
"Kami adalah generasi ke empat yang tinggal di sini. Dan kami minta pak Gubernur yang sudah bertemu pak Wakil Presiden yang kami hormati tahu keadaan kami. Kami mohon itu diklarifikasi," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengaku sempat ditanyai Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla terkait penggusuran warga bugis yang ada di Serangan, Bali.
“Ndak beliau cuma menanyakan saja (penggusuran warga bugis yang ada di Serangan), karena ada permohonan perlindungan hukum, jadi wajib bagi seorang pemimpin untuk mengecek. Walaupun ternyata orang bugisnya hanya 3 KK dari 36 KK selebihnya dari mana-mana, jadi bukan seluruhnya orang bugis cuma 3 KK disana,” jelas Pastika selepas pemaparan pejabat eselon II Pemprov Bali, di kantor Gubernur Bali, Denpasar, Selasa (3/1/2016).
Ia mengatakan, warga bugis telah menyampaikan secara sukarela meninggalkan tempat seluas 94 are tersebut.
“Saya kira semua upaya hukum semua sudah ditempuh, bahkan sudah dua kali tertunda. Juga sudah ada pernyataan dari mereka untuk secara sukarela meninggalkan tempat itu. Kemudian juga sudah ada rencana tali kasih, saya kira tidak ada alasan tidak dilaksanakan,” jelas mantan Kapolda Bali ini. (*)
