Bisnis Esek-esek di Padang Galak Mulus Asal Setor Rp 14 Juta Per Bulan, Tarif Sekali 'Ngamar' Segini

Mik dan para pemilik kamar sewaan lainnya hanya meminta Rp 25 ribu kepada PSK dalam sekali transaksi.

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali / I Wayan Erwin Widyaswara
Ilustrasi Lokalisasi digusur 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Salah-satu pemilik bisnis prostitusi di lokalisasi Padang Galak Denpasar, Bali, berinisial Mik, menuturkan bahwa selama membuka bisnis mesum sejak tahun 1997 dia mengaku mendapat duit per hari rata-rata Rp 2,5 hingga Rp 3 juta.

Sebelum digusur beberapa hari lalu, Mik memiliki bangunan yang disewakan untuk ajang prostitusi di area lokalisasi di Padang Galak yang disebut Kompleks Jagung Satu.

Nama Kompleks Jagung Satu itu pemberian para penghuni setempat untuk membedakan antara satu blok bangunan prostitusi dengan blok lainnya. 

Bisnis ini dirasakan Mik sangat menguntungkannya.

Baca: Tergusur Dari Padang Galak, Para PSK Pindah Ke Tempat Baru Yang Lebih Besar ‘Enakan Gini Mah’

Baca: Kompleks ‘Jagung’ di Lokalisasi Padang Galak Ditutup, Pemkot Denpasar Kaget

Baca: Kompleks Prostitusi Padang Galak Dikabarkan Akan Jadi Sekolah Internasional, PSK Bingung

Apalagi, kata perempuan 45 tahun asal Bondowoso (Jawa Timur) ini, per tahun dia cukup membayar kontrak lahan di lokalisasi itu hanya Rp 3 juta hingga Rp 3,5 juta. 

"Iya kontraknya memang murah di sini. Cuma Rp3,5 juta selama setahun. Saya yang paling pertama buka di sini. Sejak 1997 saya di sini," kata Mik. 

Pada umumnya para PSK di Kompleks Jagung Satu, kata dia, memasang tarif Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu untuk sekali `masuk kamar` --istilah di kalangan PSK  untuk transaksi seks.

Mik dan para pemilik kamar sewaan lainnya hanya meminta Rp 25 ribu kepada PSK dalam sekali transaksi.

Ditanya mengapa bisnis esek-esek yang ia geluti di Padang Galak aman dari penertiban petugas yang berwenang Mik menyebut bahwa ia memberi ‘setoran` kepada petugas setiap bulan.

Setiap bulan, menurut Mik, ada oknum petugas yang datang untuk memungut setoran.

Di areal Kompleks Jagung, kata Mik, ada 24 rumah yang menyewakan kamar-kamar untuk digunakan sebagai tempat PSK melayani pelanggannya.

Setiap rumah, sebut Mik, membayar setoran ke petugas sebesar Rp. 600 ribu per bulan.

Dengan demikian, total duit yang mengalir dari para pemilik rumah prostitusi ke oknum petugas sekitar Rp 14 juta per bulan. 

"Ada setoran. Biasanya ada petugas yang datang ke sini untuk minta setoran. Per rumah setor Rp 600 ribu. Di sini ada 24 rumah, tinggal kalikan saja berapa totalnya," ungkap Mik.

Namun Mik enggan menyebut petugas dari instansi mana yang ia maksud tersebut.

Sebab, yang menyetor bukan dirinya langsung, melainkan ada pihak khusus yang menangani urusan setoran-setoran ke pihak luar.

Menurut MN, seorang pemilik bisnis esek-esek lainnya di Padang Galak, untuk setiap kompleks di Padang Galak ada satu orang yang ditunjuk sebagai ketua.

Ketua inilah yang mengurusi setoran dan transaksi sejenis itu ke oknum-oknum petugas.

"Ada ketuanya. Masing-masing kompleks ada. Kompleks Jagung Satu, Kompleks Jagung Dua, dan Jagung Tiga berbeda-beda setorannya.Tapi sekarang sih sudah tidak ada. Sekarang sudah ketat. Dulu ada," ucap MN yang tinggal di Tohpati, Kesiman, Denpasar, kepada Tribun Bali.(*)

Info ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui:
Like fanpage >>> https://www.facebook.com/tribunbali
Follow >>> https://twitter.com/Tribun_Bali
Follow >>> https://www.instagram.com/tribunbali
Subscribe >>> https://www.youtube.com/Tribun Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved