Dharma Wacana
Gunung Agung, Monoteisme dan Moneyteisme
Namun sayang, masih ada warga masyarakat yang bertahan di radius berbahaya, dan bahkan menolak mengungsi dengan alasan menjaga hewan ternaknya.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Meningkatnya aktivitas Gunung Agung di Karangasem, Bali sehingga kini berada pada level IV (Awas) seharusnya menjadi perhatian serius semua warga Karangasem dan sekitarnya.
Yakni, mereka semestinya mengungsi ke kawasan yang terbebas dari dampak langsung seandainya terjadi letusan.
Namun sayang, masih ada warga masyarakat yang bertahan di radius berbahaya, dan bahkan menolak mengungsi dengan alasan menjaga hewan ternaknya.
Dilihat dari sudut pandang agama Hindu, bertahan di daerah rawan bahaya tersebut jelas menandakan terjadinya perubahan ideologi (pemikiran) di kalangan masyarakat.
Mohon maaf sekali kalau saya harus katakan bahwa sedang terjadi pergeseran dari monoteisme (ketuhanan) menjadi moneyteisme (menyembah uang).
Dalam paham moneyteisme, apapun yang menghasilkan uang itulah yang utama.
Kemungkinan pergeseran ideologi tersebut disebabkan oleh situasi zaman globali.
Saat ini kebutuhan manusia tidak lagi hanya pada lima hal.
Seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa cinta, harga diri serta aktualisasi diri.
Tetapi kebutuhan manusia lebih pada kesenangan pribadi, yang untuk memenuhinya tidak bisa lepas dari peran uang.
Inilah fakta penyebab orang lebih sayang terhadap materi daripada nyawanya sendiri.
Padahal dalam konsep agama Hindu diajarkan, benda materi maupun kesenangan yang berpusat pada nafsu itu tidak akan kekal, dan hanya menimbulkan kesengsaraan.
Di dalam Kitab Bhagawad Gita dijelaskan, kalau kita sudah bersentuhan dengan dunia material pasti akan menimbulkan suka dan duka.
Sementara dalam aliran filsafat pembebasan dikatakan, ketika dipisahkan dengan sesuatu yang kita cintai, itu merupakan sumber penderitaan.
Begitu juga kalau kita dekat dengan sesuatu yang dicintai, juga adalah sumber penderitaan.
Karena hal tersebut, pola pikir moneyteisme haruslah diubah atau dihilangkan.
Sebab, hidup kita ke dunia ini bukanlah untuk bersenang-senang.
Tetapi untuk menebus segala dosa yang kita perbuat, dengan tujuan supaya kita tidak terlahir kembali ke dunia ini.