Cerita Korban Leak di Denpasar Terkena Umpan Cetik ‘Seperti Mimpi, Menjerit, Meronta’
Untuk menerapkan ajaran ini, pertama-tama orang harus menyerahkan diri kepada Batari Durga, sang penguasa dunia gelap.
TRIBUN-BALI.COM – Praktik leak sebagai ilmu sekaligus hantu konon hingga kini masih dijumpai di sana-sini di pulau Bali.
Ada dua jalur ilmu di Bali, pengiwa (jalur kiri, black magic) dan penengen (jalur kanan, white magic).
Tak ubahnya sekolah formal, leak juga terdiri atas berbagai tingkatan.
Baca: Ngerinya Leak di Bali, Dirahasiakan Dalam 100 Kelahiran, Dari Nusa Penida Diyakini Paling Ampuh
Baca: Kisah Mistis ‘Pertemuan’ Dengan Leak di Bali, Ketika Dilempar Batu Bunyi Seperti Ini
Yang dibedakan atas kemampuannya bersalin rupa dan menyebarkan bencana penyakit atau guna-guna.
Untuk mencapai kemampuan yang semakin tinggi atau naik tingkat, leak bisa menempuh cara yang disebut ngisep sari.
Pada tingkat leak yang rendah, seperti pamuronan, memelihara ilmu dan naik tingkat membutuhkan korban.
Menurut Karji, korban hanya dibutuhkan sampai tingkat Calonarang.
Sesudah itu tidak dibutuhkan korban lagi.
Tingkatan leak sesudah Calonarang adalah Mpu Bharadah, Surya Gading, Brahma Kaya, I Wangkas Gading Api, I Ratna Pajajaran, Garuda Mas, I Siwer, I Baligodawa. Sedangkan yang tertinggi tingkatannya adalah leak Surya Mas.
Semua leak menyembah kepada perwujudan Batari Durga.

Orang yang menerapkan ilmu pangleyakan memang harus berhubungan dengannya. Barang siapa yang mau belajar pengiwa harus minta izin dulu, serta meminta pertolongan (nunas ica) dari batari tersebut.
Menurut Wolfgang Week, yang juga pernah meneliti leak, inti ajaran jalur kiri ada pada lontar "Durga Purana Tatwa".
Untuk menerapkan ajaran ini, pertama-tama orang harus menyerahkan diri kepada Batari Durga, sang penguasa dunia gelap.