Cerita Korban Leak di Denpasar Terkena Umpan Cetik ‘Seperti Mimpi, Menjerit, Meronta’

Untuk menerapkan ajaran ini, pertama-tama orang harus menyerahkan diri kepada Batari Durga, sang penguasa dunia gelap.

Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN BALI/NYOMAN MAHAYASA
Ilustrasi sosok celuluk yang juga disebut perwujudan leak di Bali 

Pada malam hari, ia harus pergi ke kuburan dan mendirikan sanggah cucuk, tempat persembahan yang terbuat dari bambu dan ditancapkan di tanah.

Sesudah itu, dimulailah sebuah "upacara".

Yang mau jadi leak berdiri di atas kaki kiri sambil membengkokkan kaki kanan sekitar 90°.

Sesudah itu menari berkeliling sanggah cucuk sambil mengulangi terus posisi tersebut.

Putaran semacam itu diulangi beberapa kali, menurut petunjuk gurunya.

Waktu dan jadwal menari untuk para calon leak ini berlainan,untuk setiap orang, tergantung pada otonan (hari pasaran kelahirannya).

Proses ini juga dilakukan setiap kali  akan berubah bentuk, namun tidak harus di kuburan.

Bisa di sawah atau di tepi kali, di tempat-tempat yang tenget atau angker (mengandung kekuatan supranatural yang negatif).

Menurut guru silat pada Perguruan Sandhi Murthi,Ngurah Harta, leak tingkat tinggi biasanya tidak harus mendirikan sanggah cucuk  lagi, cukup dengan banten (persembahan atau sesajen) dan dupa.

Bisa diilmiahkan

Ada dua macam sarana berupa benda yang digunakan di luar dan di dalam rumah untuk menularkan ilmu pangleyakan kepada sisia.

Sisia bukan sekadar murid yang belajar, namun juga menyerahkan jiwa dan raganya kepada guru.

Sarana itu dapat berupa permata, mirah, emas, perak, tembaga, kertas (atau kain) bergambar tertentu (mererajahan).

Apabila digunakan di luar, sarana ini perlu dibungkus dengan kain merajah hitam.

Sebelumnya, lidah orang itu dirajah (ditato) dengan aksara sungsang, yang mencerminkan kekuatan negatif.

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved