Simpang Ring Banjar
Unik, Warga Desa Penglipuran yang Melakukan Poligami Atau Poliandri Ditempakan Khusus di Sini
Kecilnya nominal sanski menurut Wayan Supat untuk menumbuhkan efek malu.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM - Unik, Desa Penglipuran yang terletak di Kelurahan Kubu, Bangli, Bali ini, hanya memiliki satu banjar adat yang juga bernama Penglipuran.
Dikenal dengan desa terbersih dan sempat menyabet predikat terbersih ketiga sedunia, Banjar Adat Penglipuran dihuni oleh sejumlah 240 KK atau sebanyak 1008 jiwa.
Baca: Punya Anak di Luar Nikah, Ini Sanksi yang Dijatuhkan pada Warga Penglipuran
Bendesa Adat Desa Penglipuran, I Wayan Supat, Jumat (2/2/2018) menceritakan, berdasarkan cerita secara turun-temurun, awal mula berdirinya Banjar atau Desa Penglipuran berasal dari abad ke 13 silam.
Raja Bangli saat itu menghendaki rakyat di Desa Bayung Gede, Kintamani untuk ditugaskan menjadi abdi atau prajurit.
Lantaran jarak 35 kilometer yang terlalu jauh, disamping seringnya rakyat Desa Bayung Gede dibutuhkan sebagai prajurit, akhirnya sang raja memberikan tempat bagi para prajurit ke wilayah Kubu, yang berjarak hanya 4 kilometer dari pusat pemerintahan yang terletak di sebelah utara Pasar Kidul Bangli.
“Saat itu namanya bukan Desa Penglipuran, melainkan bernama Kubu Bayung. Pemberian nama tersebut, tidak lain untuk mengingat bahwa yang tinggal di wilayah ini (Kubu), merupakan orang Bayung (Bayung Gede, Kintmani), atau orang Kubu yang berasal dari Desa Bayung Gede,” terangnya.
Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, lanjut Wayan Supat, akhirnya wilayah Kubu Bayung berdiri sendiri membuat sebuah desa, yang disebut Desa Penglipuran.
Makna Desa Penglipuran sendiri berasal dari katapenglipur yang artinya menghibur.
Mengingat dari tujuan utamanya sejak dulu, orang Bayung Gede yang diajak raja untuk pindah, tidak lain adalah untuk mengabdi.
“Mengabdi atau membantu, tujuan utamanya adalah untuk menyenangkan raja,” ucapnya.
Makna yang kedua, penglipuran berasal dari dua suku kata, yakni pangliling pura.
Pangiling artinya mengingat, sedangkan pura atau puri, berarti rumah.
Sehingga dalam makna luas pangling pura artinya mengingat asal tempat tinggal.
Sebab budaya yang ada di Bayung Gede juga diterapkan pada Desa Penglipuran.