Simpang Ring Banjar

Pura Sang Hyang Celeng, Tempat Raja Buleleng Memohon Kekuatan

Tempat Raja Buleleng Memohon Kekuatan Pura Sang Hyang Celeng Dibangun Sejak Zaman Pra Hindu

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Pura Sang Hyang Celeng yang terletak di Banjar Kangin Teben, Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan yang diyakini sakral 

Meski demikian, Pura Sang Hyang Celeng statusnya masih diempon oleh Desa Menyali.

“Pura ini sudah ada sejak zaman Pra Hindu. Angka tahunnya tidak dipastikan, bahkan sudah ada sejak zaman perang melawan penjajah” ujar Mangku Werdi saat ditemui di rumahnya, di Dusun Kangingan, Desa Menyali.

Diceritakan Mangku Werdhi, pura ini tak bisa dilepaskan dari Sosok Dewa Wisnu, dalam manifestasinya sebagai Waraha (Babi, Red).

Pura ini berdekatan dengan Pura Puseh.

Pemangku pengemponnya pun jadi satu dengan Pura Puseh.

Memang tidak ada bukti atau catatan sejarah terkait Pura Sang Hyang Celeng ini.

Tetapi, jika merujuk dari cerita para pendahulunya, diyakini memiliki kekuatan gaib, berupa Patung Waraha (Babi) yang bersenjatakan Cakra Sudarsana, salah satu simbul awatara Wisnu.

Patung Waraha atau yang identik dengan Varaha Awatara merupakan Awatara Dewa Wisnu yang ketiga, yang digambar dalam wujud seekor babi yang keluar dari hidung Dewa Brahma.

Selanjutnya dalam kisahnya Waraha Awatara membawa bumi dengan kedua taringnya bersenjatakan gada mengangkat bumi yang tenggelam di samudra alam semesta bernama Garbhodaka.

“Desa kami kan menyungsung Dewa Wisnu. Makanya Pura Sang Hyang Celeng berdampingan dengan Pura Puseh. Posisi waraha seolah menyeruduk patung Lingga Yoni itu diibaratkan seperti menyelamatkan bumi dari berbagai kezaliman. Kami berharap Desa Menyali itu selalu diberikan kedamaian, kemakmuran, dan kesejahteraan,” bebernya.

Berbagai cerita unik pun berkaitan dengan keberadaan Pura Sang Hyang Celeng ini.

Konon katanya, Anak Agung Jelantik yang merupakan Raja Buleleng, pada zaman Perang Puputan Jagaraga pada tahun 1829-an, sering bermeditasi dan memohon kekuatan di tempat ini sehingga selalu sukses memukul mundur Belanda.

Belanda pun dibuat jengkel lantaran sulitnya menangkap Anak Agung Jelantik pada perang itu.

Bahkan dari mata-mata yang disebar Belanda, Raja Anak Agung Patih Jelantik disinyalir mendapatkan kekuatan di pura ini.

Tanpa pikir panjang, Belanda langsung memotong Patung Waraha atau Babi ini.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved