Simpang Ring Banjar
Seakan Ditakdirkan Jadi Pande, Membuat Gamelan Sejak Pemerintahan Dalem Waturenggong
Jika mendengar kata Tihingan, seakan bagi sebagian besar seniman di Bali pasti langsung mengidentikannya dengan Gamelan Bali
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Irma Budiarti
"Jadi sejak masa itu, hingga saat ini pun secara turun menurun warga di Banjar Tihingan melakoni aktivitas sebagai perajin instrumen gamelan. Bahkan di Bali pun, di mana ada yang jual gamelan pasti sebagian besar itu berasal dari produk-produk buatan perajin Banjar Tihingan," jelasnya.
Kemampuan dalam membuat gamelan mulai dari mencetak fisik gamelan, hingga menyetel nadanya dipelajarinya secara turun menurun.
Mereka pun dikaruniai pendengaran dan insting yang luar biasa, karena mampu dengan tepat membedakan nada demi nada pada perangkat gamelan.
"Kemampuan ini kami dapat secara alamiah. Mungkin karena dari kecil melihat orangtua buat gamelan, mendengarnya saat mencocokan nada. Jadi kemampuan itu tumbuh dengan alami secara turun menurun," ungkap Ketut Suena yang rambutnya sudah mulai memutih.
Tidak hanya di Bali, produk gamelan yang diproduksi Ketut Suena sudah melalang buana ke berbagai negara di dunia.
Tak jarang ia harus mengekspor perangkat gamelan Bali hingga ke Amerika Serikat, Rusia, Kanada, Belanda, Belgia, Swiss, Malaysia, dan Timor Leste
"Perangkat gamelan Bali sangat diminati di negara lain. Biasanya dibeli oleh musisi etnik atau kalangan bangsawan. Seni tabuh Bali juga sangat disegani di luar negeri sana," jelas Suena.
Aktif dalam Seni Tabuh
Aktivitas pembuatan perangkat gamelan sepertinya mendarah daging bagi warga di Banjar Tihingan.
Bahkan, pemuda setempat jarang yang merantau keluar desa untuk bekerja.
Mereka lebih memilih untuk melanjutkan aktivitas leluhur mereka sebagai pande yang khusus membuat gamelan
"Jarang pemuda di sini sampai kerja keluar desa. Mereka sebagian besar meneruskan tradisi leluhur untuk membuat gamelan," jelas Ketut Suena yang juga seorang tokoh seni di Banjar Tihingan.
Kadus Tihingan, Komang Gede Suyasa menjelaskan, jumlah penduduk di Banjar Tihingan keseluruhan mencapai 270 KK, dan sebagian besar penduduknya melakoni pekerjaan sebagai perajin gamelan.
Selain membuat gamelan, penduduk di Banjar Tihingan juga aktif dalam berkesenian, khususnya seni tabuh.
Paling terkenal adalah Sekaa Gong Ganda Loka Suara, Sanggar Tari dan Tabuh Panca Ulangun Santi.
"Termasuk seni tabuh sangat berkembang di sini. Organisasi lainnya pun sangat aktif di Banjar Tihingan," jelas Komang Gede Suyasa. (*)