Simpang Ring Banjar
Banjar Dukuh Jadi Pusat Menuntut Ilmu di Zaman Kerajaan
Pada masa pemerintahan kerajaan Taman Bali, Banjar Dukuh ternyata dijadikan pusat menuntut ilmu atau pasraman
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Irma Budiarti
“Masyarakat kami sangat menghormati kesakralan sarkofagus ini,” ungkap Widiastawa.
Wayan Sudiawan, warga sekitar yang merawat sarkofagus di Banjar Dukuh menyebutkan hal tersebut bahkan masih terjadi hingga kini.
Tak hanya mencuri benda peninggalan yang disimpan dalam sarkofagus, benda berharga milik warga sekitar pun juga dijaga.
Selaku perawat sarkofagus, ia mengungkapkan dari empat sarkofagus yang ditemukan, seluruhnya memiliki bentuk yang berbeda yakni oval, kotak, dan bulat.
Hanya saja satu buah sarkofagus justru telah mengalami kerusakan.
Sedangkan tiga sisanya kini dibuatkan tempat khusus.
Terdapat satu keunikan dari salah satu sarkofagus yang ditemukan, dan kini disimpan dalam pura taman alit.
Sarkofagus tersebut dikatakan masih aktif lantaran dari mata patung, keluar air yang tidak diketahui dari mana asalnya.
Beber Sudiawan, air yang keluar tak hanya setetes maupun dua tetes, namun justru mengalir layaknya kapas yang dibasahi air.
Melimpah Temuan Benda Bersejarah
Sejatinya banyak sekali benda-benda peninggalan sejarah yang ditemukan di Banjar Dukuh ini.
Mulai dari sarkofagus hingga benda peninggalan sejarah lain seperti permata, tombak, keris, hingga bak penampung air.
Penemuan benda-benda bersejarah ini juga tidak disengaja, bahkan bisa dibilang sesuai dengan keinginan benda tersebut untuk menampakkan wujudnya.
Kata Wayan Sudiawan, diyakini di sembilan titik mata angin seluruhnya terdapat sarkofagus.
Namun baru empat yang ditemukan.