Simpang Ring Banjar

Kisah Dewi Ayu dan Gempu Awang Cerita Asal-usul Desa Tukad Mungga

Desa Tukad Mungga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng memiliki tradisi yang unik dan berlangsung secara turun menurun yaitu Megebeg-gebegan

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani

Akibat kutukan itu, air sungai menjadi meluap ke daratan desa.

Dan saat itu, para petani sawah berlimpahan air.

Kondisi itu tak berlangsung lama, kemudian lahan yang mereka garap diserang hama.

Warga sangat bingung.

Akhirnya warga memohon petunjuk kepada leluhur.

Dalam petunjuk itu, desa diharuskan mengadakan pecaruan sebelum hari raya Nyepi atau hari raya besar lainya dengan sarana seekor sapi berjenis kelamin betina, atau yang disebut dengan tradisi megebeg-gebegan.

"Sapi betina itu sebagai sarana pecaruan. Tradisi ini digelar sehari sebelum Nyepi. Lokasinya di perempatan kantor desa. Tradisi ini digelar sejak lama, kumpi saya saja sudah ketemu dengan tradisi ini. Nanti warga dibagi menjadi dua kelompok, mereka saling menarik sapi yang sudah mati itu. Siapa yang mendapatkan kepala sapi itu, berarti itulah pemenangnya,” jelas Madia.

Melalui tradisi ini, diharapkan dapat memberikan keseimbangan antara Bhuana Agung dan Bhuana Alit, serta menjalin kekompakan warga di desa.

“Hingga saat ini kami tidak pernah absen melaksanakan tradisi ini. Dan ini akan terus kami lestarikan,” tutup Madia. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved