Maestro Nyoman Nuarta: Pemasangan Patung GWK Paling Menyeramkan pada Ujung Sayap Garuda
Patung yang akan jadi ikon baru Pulau Bali ini dia persembahkan kepada bangsa Indonesia sebagai hadiah HUT RI ke-73.
Penulis: Widyartha Suryawan | Editor: Ady Sucipto
"Di sekitar sini, tempat yang paling tinggi itu ya, ini (Bukit Ungasan), yaitu 150 meter di atas permukaan laut. Kemudian diangkat lagi (tinggi patung) 121 meter, sehingga menjadi 271 meter. Jadi, utara-selatan itu bukan yang seperti kita pahami, karena di Bali utara itu gunung tempat tertinggi yaitu Mahameru," ucap Nuarta yang juga arsitek patung Jalesveva Jayamahe di Surabaya ini.
Sedikit menengok ke belakang, Bukit Ungasan yang menjadi tempat berdirinya patung GWK semula merupakan bekas galian C yang sudah tidak produktif.
Pada masa itu, keadaan kawasan tersebut kurang baik dan tidak satupun tanaman perindang yang mampu tumbuh karena minimnya top soil.
Berkat restu dari Presiden Soeharto pada 1997, di tempat itulah ground breaking pedestal GWK dilakukan.
Oleh Nuarta, bukit-bukit kapur yang tak produktif itu kemudian diiris-iris, dibikin koridor-koridor, dan dijadikan karya seni. Dalam istilah seni rupa disebut land art (seni lahan).
Prinsip pembangunannya juga memperhatikan perencanaan arsitektur Bali yang membuatnya kuat secara filosofis. Hirarki ruang dan hirarki ketinggian betul-betul dipertimbangkan.
Dengan istilah lain, posisi patung GWK dirancang letaknya di utama mandala, ruang-ruang pendukungnya berada di madya mandala, dan bagian tepi atau pinggiran letaknya di nista mandala. (widyarta suryawan)
