Pilgub Bali
Rai Mantra dan Cok Ace Terlibat Debat Sengit, Adu Argumentasi Kedua Paslon Tak Terelakkan
Sahut-menyahut yel-yel dukungan dari kedua pendukung pasangan calon (paslon) pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali menggema
Penulis: Ragil Armando | Editor: Ady Sucipto
Namun, memasuki sesi keempat, tensi suasana debat kembali meningkat. Lagi-lagi, Cok Ace mengajukan pernyataan yang menyentil.
Ia kembali mempertanyakan komitmen Rai Mantra dalam menurunkan tingkat pengangguran di Denpasar. Kata Cok Ace, tingkat pengangguran di Denpasar lebih tinggi dibandingkan dengan di Provinsi Bali.
"Pernah saya baca dalam suatu artikel bahwa bapak akan membuat zero pengangguran. Tapi kalau kita melihat, jumlah pengangguran tertinggi itu di Denpasar. Ada 2,63 persen pengangguran di Denpasar, melebihi di Bali yang 1,48 persen dan mereka banyak di pariwisata," paparnya.
Menurut Cok Ace, mereka adalah tenaga profesional yang semestinya bisa diserap di sektor pariwisata. Hanya saja, menurut Cok Ace, kawasan pariwisata yang diunggulkan Denpasar, yakni Sanur, hanya memiliki market share yang cukup kecil, yakni 15 persen.
"Denpasar itu market share-nya 15 persen jauh di bawah Ubud sebesar 17 persen. Jangan bandingkan dengan Kuta, Nusa Dua dan lainnya, sudah pasti lebih tinggi," papar dia.
Menanggapi hal itu, Rai Mantra memilih menjawab dengan tenang. Ia bahkan balik menyindir Cok Ace yang juga sebagai Ketua PHRI Bali, yang tidak memahami tentang market share terkait pariwisata dan tingkat pengangguran.
"Ada ketentuan lebarnya kamar, luasnya kamar, sehingga tidak bisa membangun resort dan lainnya dengan sembarangan. Sebagai Ketua PHRI, Cok Ace pasti tahu adanya perang tarif. Itu membuat tidak mungkin bisa mengeksplor lebih jauh," ujar Rai Mantra.
Sebagai gantinya, Rai Mantra mengaku lebih mengedepankan quality tourism. "Kami mengedepankan quality tourism agar bangunan tidak bercampur. Pengembangan dilakukan di luar Sanur. Masih ada Padanggalak dan lainnya," ujarnya.
Cok Ace kembali menanggapi pernyataan Rai Mantra, yang menurutnya tidak menyentuh persoalan. Menurut Cok Ace, pengembangan pariwisata tak melulu identik dengan pembangunan hotel sebagaimana disampaikan Rai Mantra.
"Bisa dengan meningkatkan kualitas daya tarik. Misalnya Monkey Forest di Ubud, berapa UMKM yang tumbuh di sana. Ubud tidak punya pantai seindah Sanur. Pariwisata bisa juga dalam konteks membangun ekonomi kreatif dan lainnya," jabar Cok Ace.
Seakan justru mendapat `amunisi` dari Cok Ace, Rai Mantra kemudian memaparkan bahwa di Denpasar sudah dilakukan pemberdayaan ekonomi kreatif.
Seperti misalnya ada coworking space di Sanur dan ada pasar tradisional. Soal kualitas, Rai Mantra menyebut di Denpasar selalu diikuti dengan pengembangan potensi ekonomi kerakyatan dan potensi kreatif masyarakat.(*)