Video 2 Siswi Ditampar Mantan Paskibra di Tabanan Viral, Sekolah Sebut Untuk Bangkitkan Semangat
Video 2 Siswi Ditampar Mantan Paskibra di Tabanan Viral, Pihak Sekolah Sebut Untuk Bangkitkan Semangat
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Media sosial intagram kembali diramaikan dengan sebuah video, Senin (24/9/2018).
Dalam video tersebut, dua orang perempuan tampak ditampar oleh seorang laki-laki.
Ternyata, setelah ditelusuri video tersebut terjadi di sebuah ruangan kelas yang terletak di SMPN 1 Kediri.
Baca: Waspada! Pelaku Gerayangi Payudara Berkeliaran di Jalanan Jembrana, Polisi Beri Atensi Wilayah ini
Pihak sekolah pun menyatakan bahwa hal tersebut sudah sesuai dengan kesepakatan antara siswi dan pelatih saat pelatihan Latihan Ketangkasang Baris Berbaris (LKBB).
Tujuan dari kesepakatan tersebut tak lain untuk membangkitkan semangat siswa agar bisa mempertahankan juara 1 LKBB kembali pada lomba bulan Oktober 2018 mendatang.
Menurut pantauan pada video berdurasi 6 detik itu dan sudah beredar luas tersebut, seorang laki-laki yang merupakan pelatih dari siswi yang mengikuti LKBB menampar dua orang siswinya di depan sebuah ruangan kelas dan disaksikan oleh siswi lainnya.
"Iya, itu benar di sekolah kami," ujar Kepala SMPN 1 Kediri, Sagung Raka Suartini didampingi Waka Kesiswaan SMPN 1 Kediri, I Gusti Putu Sukawirya, Senin (24/9/2018).
Baca: Pria Beristri Aniaya Selingkuhan Usia 17 Tahun di Jalan Gunung Soputan Denpasar, Istri Tak Berkutik
Menurut Suartini, peristiwa tersebut terjadi saat sedang berlangsungnya latihan LKBBB, Sabtu (22/9/2018) pagi.
Saat itu, sebanyak 25 siswi yang berasal dari kelas VII dan VIII tersebut mengikuti LKBB sedang melakukan pelatihan dengan seorang pelatihnya berinisial ES.
Namun, kata dia, perilaku tersebut sudah sesuai dengan kesepakatan antara pelatih dengan siswi yang mengikuti pelatihan.
Kesepakatan tersebut dilakukan bertujuan untuk membangkitkan semangat siswa untuk tetap bisa mempertahankan Juara I LKBB pada Oktober 2018 mendatang.
Sebab, di dua tahun sebelumnya SMPN 1 Kediri tetap menjadi jawara pada lomba tersebut.
Baca: Suporter Jakmania Haringga Sempat Lakukan Hal Tak Biasa Pada Ibunda, Lalu Lempar Senyuman Terakhir
"Jadi waktu itu pelatih dan siswa membuat kesepakatan karena menurut pelatih, latihan sebulan tidak ada kemajuan. Akhirnya pelatih memberikan tantangan berupa pilihan agar semangat berlatih. Pilihan push up 100 kali atau ditampar, dan siswa saat itu memilih ditampar supaya lebih semangat. Dan yang memilih bukan satu orang tetapi semua siswa," katanya.
Dia mengungkapkan, bahwa pelatih tersebut sudah dipercaya untuk membina siswi di SMPN 1 Kediri selama 5 tahun.
Sebab, pelatih ES dinilai pihak sekolah memiliki skill yang bagus serta sangat cepat akrab dengan siswa dan guru.
“Selain itu pelatih ES ini juga mantan Paskibraka. Kemudian pelatih ini juga akrab sekali dengan anak seperti adik dan kakak, jadi tidak ada sengaja kekerasan, ini sudah ada kesepakatan untuk tumbuhkan semangat agar latihan menjadi lebih baik," kata Suartini.
Disinggung mengenai jika sudah sesuai kesepakatan, mengapa ada yang memvideokan perilaku tersebut dan kemudian disebar di media sosial, Suartini pun mengakui tidak mengetahui pasti siapa yang menyebarluaskan video adegan tersebut.
Padahal, seluruh siswinya tersebut tidak merasa keberatan karena sudah sesuai dengan kesepakatan.
“Malah mereka kecewa video itu tersebar karena niatnya memang untuk berlatih supaya bisa mempertahankan juara LKBB kembali,” katanya.
Mengenai solusi, dia berjanji akan menyelesaikannya secara intern saja dengan mempertemukan pelatih, siswa, orangtua, dan jajaran sekolah.
"Siswi seluruhnya akan kami pertemukan dengan pelatih. Kami akan selesaikan intern,” tandasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Tabanan, I Gede Susila menyarankan, agar kasus tak terlulang lagi.
Kegiatan pembinaaan harus dengan cara yang berkarakter.
Misalnya menggunakan sanksi memperkuat mental seperti push up atau cara yang lain.
"Karena dengan kekerasan fisik seperti ringan tangan ini tidak boleh dilakukan," katanya.
Dia berharap agar pihak sekolah segera melakukan pembahasan terkait peristiwa ini dan segera diselesaikan.
"Tolong diselesaikan dengan baik supaya kasus serupa tidak terulang kembali," imbuhnya.
Sementara itu, Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Penyelenggaraan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Bali, I Kadek Ariasa mengatakan UU Perlindungan Anak maupun Peda Perlindungan Anak sudah tertulis dengan tegas dan jelas bahwa tidak boleh ada kekerasan dalam bentuk apapun baik secara psikis terlebih sampai ada fisik terhadap anak dalam kegiatan apapun di dunia pendidikan maupun di kehidupan lain.
"Kami harapkan dari bidang pendidikan agar semua pihak menjadikan hal ini sebagai perhatian serius dengan konsisten penuh komitmen dan kesadaran bersama," katanya saat dihubungi.
Menurut Ariasa, peristiwa seperti itu benar-benar merusak citra pendidikan di Bali.
Dia melanjutkan, bahwa sudah tidak pantas pendidikan disiplin dalam LKKB dilakukan dengan cara militer.
“Pada prinsipnya, kejadian yang terjadi di SMPN 1 Kediri saat dilakukan LKBB sudah melanggar undang-undang tentang perlindungan anak. Apalagi bentuk kekerasan fisik dilakukan terhadap siswa sudah termasuk kekerasan kepada anak,” jelasnya.
Dia menyebutkan, peristiwa tersebut menjadi atensi di KPPAD Bali.
Pihaknya akan segera mendatangi SMPN 1 Kediri untuk memberikan pemahaman mengenai penerapan pendidikan disiplin dalam bidang pendidikan.
Kemudian juga akan meminta kejelasan terkait kejadian tersebut.
“Kami harap agar sekolah segera melakukan evaluasi dalam konteks pembinana disiplin dan evaluasi mengenai pelatih yang mengajarkan LKBB. Agar penerapan disiplin tidak mesti dilakukan dengan kekerasan. Kemudian juga pelatih LKBB juga diberikan pemahaman pendidikan agar kedepannya tidak terjadi lagi hal yang seperti ini,” tandasnya.(*)