Dharma Wacana

Makna Saraswati, Banyu Pinaruh dan Nasi Dira

Sehari setelah merayakan Hari Suci Saraswati, umat Hindu di Bali biasanya melakukan prosesi melukat atau mandi di pemandian suci maupun segara (laut).

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/ I Putu Darmendra
Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda 

Masyarakat meyakini, pengetahuan tersebut diturunkan dalam bentuk air.

Sebab, air merupakan lambang kemurnian atau kesucian, yang dapat membersihkan noda sekala maupun niskala, serta mengembalikan kemuliaan manusia. Maka dari itu, umat menggelar mandi suci saat Banyu Pinaruh.

Dalam kepercayaan umat Hindu, Saraswati merupakan saktinya Bhatara Brahma. Oleh sebab itu, saya sendiri sebagai ‘yajamana’, pada Banyu Pinaruh menggelar ‘Gangga Prastita’ atau mandi weda.

Sehingga, air yang mengalir tidak hanya dalam bentuk ‘Aji Saraswati’ (ilmu pengetahuan), tetapi juga dalam bentuk tirtha amertha yang mampu membangun kemuliaan.

Barang siapa yang telah memperoleh ilmu pengetahuan, akan menikmati kemakmuran. Sebab bagaimanapun, tanpa adanya penciptaan dan ilmu pengetahuan, tidak akan ada kemakmuran.

Kemakmuran adalah progres kemajuan. Dalam hal ini Banyu Pinaruh, simbol kemakmuran ini ada pada nasi dira.(weg)

 Simak selengkapnya video di bawah ini : 

 
 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved