Liputan Khusus

Tiap Bulan Setor ke Mami, Kisah Dunia Remang-remang Waria Denpasar  

Bagi kalangan waria di Denpasar dan sekitarnya yang biasa menjajakan diri, mereka memiliki semacam aturan tersendiri

Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Irma Budiarti
info grafis/ilustrasi: Tribun Bali/Dwi Suputra

Ia dipungut Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu tiap kali mangkal.

"Setiap mangkal kena Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu,” ungkap MA.

Sedangkan, untuk PSK waria di kawasan Renon, Denpasar, tak ada yang merasa ditarget bayar pungutan setiap berpraktik.

Namun, mereka wajib membayar iuran Rp 10 ribu per bulan ke mami.

"Bukan setoran, tapi memang kami ada iuran," kata CA, salah satu waria yang tiap hari mangkal di Jalan Tantular Renon, Denpasar.

Mawar, PSK waria yang biasa mangkal di kawasan Lumintang, Denpasar, mengatakan sudah hampir 9 tahun menjalani kehidupan dunia remang-remang.

Ia mengakui, memang ada rasa takut apabila nanti terjangkit penyakit tertentu.

Karena itu, dia selalu menggunakan pengaman dan mengecek kesehatannya secara reguler.

Pilihannya di jalan ini tentu penuh lika-liku.

Ia pernah dilempar batu oleh orang-orang tertentu yang jahil dan tidak menerima keberadaannya.

Diteriaki dengan kata-kata bencong, sudah menjadi makanan sehari-harinya dan dia lebih memilih untuk diam.

“Kecuali kalau ada yang sampai pegang fisik, beda lagi ceritanya. Biasa polisi dan pecalang ngajak ngobrol. Kata mereka, kalau ada yang resek, langsung saja lari. Yang penting saya di sana tidak resek dan enggak nyusahin orang,” katanya sembari membenarkan letak rambutnya.

Mawar tidak pernah membawa senjata tajam untuk melindungi dirinya.

Selain karena memang tidak boleh, dia mengaku tidak perlu karena di Bali relatif aman, berbeda dengan Jakarta.

Pekerjaan dunia malam yang dijalani Mawar ternyata bukan sekadar untuk mendapatkan uang.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved