Dada Winasa Terluka Saat Ngurek, Tertusuk Keris dalam Kondisi Kerauhan, Beruntung Selamat dari Maut

Tradisi ngurek (menusuk diri dengan keris) kembali makan korban, kali ini menimpa Gede Winasa alias Gede Badung

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Irma Budiarti
Infografis Tribun Bali/Dwi Suputra/Widyartha Suryawan

Timbulkan Efek Tidak Percaya

Dalam dua bulan, sudah dua kali tradisi ngurek memakan korban di Kabupaten Buleleng.

Ketua Majelis Madya Desa Pakraman, Dewa Putu Budarsa pun angkat bicara dengan fenomena ini.

Dewa Budarsa yang ditemui di ruang kerjanya, Rabu (24/10/2018), mengatakan, sebenarnya jika dilihat dari filosofi agama Hindu, bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa berwujud dan juga tidak berwujud.

Jika melihat dari orang yang mengalami kerauhan, kata Dewa Budarsa, itu mungkin ada pengaruh dari butakala atau orang-orang yang tidak senang hingga mengakibatkan terjadinya peristiwa tersebut.

"Orang yang belajar ilmu hitam bisa saja mempengaruhi yang seperti itu. Sehingga dia bisa melakukan hal-hal yang di luar nalarnya," katanya.

Dewa Budarsa pun mengimbau kepada seluruh desa pakraman khususnya bagi para pecalang yang ada di Buleleng, agar lebih meningkatkan sistem pengamanannya.

Utamanya mencegah agar senjata tajam, tidak masuk sampai ke areal pura.

"Pecalang harus tetap waspada. Celang (antisipasi) hal-hal seperti itu jangan sampai terjadi. Kami bukannya tidak memperbolehkan tradisi ini dilakukan, tapi hendaknya waspada,” ujarnya.

Dewa Budarsa berharap kejadian seperti tidak terulang lagi ke depannya.

Sebagai antisipasi, pihaknya berencana mengumpulkan seluruh desa pakraman untuk membahas kejadian ini.

“Jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali. Kalau sudah keluar darah seperti ini pasti menimbulkan efek ketidakpercayaan tentang kekuasaan Sang Hyang Widhi," tutupnya.

Sebelumnya, Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Buleleng, Dewa Suardana, mengaku telah memberikan imbauan kepada para pemangku agar tidak menggelar ritual yang membahayakan nyawa.

Menurut Suardana, ritual ngurek memang sudah menjadi tradisi turun temurun.

Meski demikian, Suardana merasa umat Hindu sudah sebaiknya meninggalkan tradisi tersebut dengan alasan sangat berbahaya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved