Bali United
Coach WCP: Saya Sudah Doa Pasrah dan Siap Nyawa Saya Dicabut
Skuat Bali United, klub Liga I Indonesia kebanggaan masyarakat Bali sangat akrab dengan maskapai Lion Air
Penulis: Marianus Seran | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Skuat Bali United, klub Liga I Indonesia kebanggaan masyarakat Bali sangat akrab dengan maskapai Lion Air.
Kedua pihak telah menjalin kerja sama sejak awal musim.
Tentu saat laga away, Bali United wajib menumpang Lion Air ke seluruh penjuru tanah air yang menjadi home base klub Liga I Indonesia.
Baca: Gubernur Koster: Bali Tidak Lagi Menjadi Pulau Surga, Sekarang Disindir Pulau Neraka Karena Ini
Terbaru, Serdadu Tridatu baru saja melakoni laga lawan Persib Bandung di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (30/10/2018) malam.
Asuhan pelatih Widodo Cahyono Putro ini baru tiba di Bali, Rabu (31/10/2018) sore.
Pergi maupun pulang ke Bali, mereka menggunakan pesawat lion.
Baca: Banyak yang Tak Tau, Ini Alasan Black Box Lion Air JT 610 Direndam di Dalam Air Setelah Ditemukan
Bagaimana kesan pelatih dan pemain Bali United yang kerap wara wiri menggunakan Lion Air, bertepatan dengan jatuhnya Lion Air JT 610 rute Jakarta - Pangkal Pinang.
Khusus pelatih Bali United WCP, menegaskan tak ada rasa khawatir.
Justru ia mengatakan hari kematiannya sudah lewat.
Baca: Tangis 2 Sosok Penting ini Pecah Saat Acara Sakral Maia Estianty dan Irwan Mussry
"Naik Lion delay dua jam di Surabaya dari Balikpapan. Kalau saya tidak was-was. Mungkin pemain was-was.
Saya sudah mati waktu ke SERUI (saat tangani Sriwijaya FC.)," kisah WCP di Gelora Trisakti Legian.
Menurut mantan pemain dan pelatih Timnas Indonesia ini, saat itu rombongan Sriwijaya FC menggunakan
speed boat ke Serui bertolak dari Jayapura, karena tidak ada penerbangan.
Saat itu, cuaca di laut tidak bersahabat.
Baca: Sebelum Jatuh, Lion Air JT 610 Terbang dengan Speed 340, Pilot Senior: Itu Tak Masuk Akal
Tak ada pilihan lain, jadwal telah ditentukan untuk hadapi Perseru SERUI di Serui, Papua.
"Gelombang besar dan tak mungkin hidup jika musibah terjadi. Gelombang besar, mati mesin kapal, air sudah masuk di kapal. Untung kapal tertutup jadi air tidak masuk. Kalau terbuka langsung ditutup gelombang dan masuk air," jelas WCP mengisahkan pengalaman buruknya itu.
Dia menambahkan, tak ada kalimat lain selain doa dan pasrah kepada Yang Maha Kuasa.
Baca: Gubernur Koster: Balian Akan Dibuatkan Loket Khusus di Rumah Sakit, Obati Gunakan Mantra
"Saya waktu itu doa pasrah dan siap dicabut (nyawa). Saya siap kalau Tuhan ambil saat itu. Saya juga rekam (dokumentasi kejadian itu)," katanya.
Menurut dia, tak mungkin selamat jika terjadi musibah karena berada di laut lepas.
Pengalaman pahit ini membuat WCP makin kuat.
Bagi dia semua sudah ditentukan Yang Maha Kuasa.
Kapan mati, dan hidup telah diatur Tuhan.
Asisten pelatih Bali United Eko Purdjianto juga menyampaikan hal serupa.
Di kehidupan ini tak ada yang tahu apa yang terjadi perihal hidup atau lahir, mati dan jodoh.
"Kita tak pernah tahu kapan mati, hidup, dan jodoh, hanya Tuhan yang tentukan," kata mantan pemain bertahan Timnas Indonesia ini.
Jumlah Kabel Jadi Indikasi Kuat Bagian Black Box yang Ditemukan Adalah FDR Pesawat Lion Air JT 610
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Soerjanto Tjahjono menduga bahwa bagian black box Lion Air JT 610 yang ditemukan di perairan Karawang pada Kamis (1/11/20018) adalah Flight Data Recorder (FDR).
Hal itu diungkapkannya di dermaga JICT 2 pada Kamis (1/11/2018) malam.
"Ini kemungkinan besar adalah flight data recorder kami nanti sampai di lab baru tau apakah ini FDR atau CVR tapi kami cenderung lebih kemungkinan besar adalah flight data recorder," kata Soerjanto.
Menurut Soerjanto, meski tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua bagian black box yakni FDR (Flight Data Recorder) dan CVR (Cockpit Voice Recorder) dugaan itu diperkuat dari jumlah kabel yang dimiliki kedua bagian black box tersebut.
"Nggak, (ciri-cirinya) hampir sama. Tapi dari kabel-kabelnya lebih banyak (FDR), kata Soerjanto.
Ia menjelaskan, FDR tersebut adalah bagian black box yang berisi mengenai rekaman data penerbangan seperti kecepatan, arah, dan ketinggian.
Menurut Soerjanto, penemuan FDR tersebut sangat penting bagi investigasi kecelakaan Lion Air JT 610.
"Jadi sekali lagi dengan ditemukannya flight data recorder ini kita bisa menguak misteri kenapa pesawat ini mengalami kecelakaan," kata Soerjanto.
Seorang penumpang Lion Air JT 610 mengirim video ke grup WhatsApp keluarga sebelum boarding (naik ke pesawat, -red).
Penumpang itu yakni Paul Ferdinand Ayorbaba (43).
Erni (43), kakak ipar korban, menceritakan, Paul sering melakukan perjalanan dinas naik pesawat.
"Dia kirim rekaman (video) ke WA keluarga kita, 'sudah mau berangkat'. Di-zoom-zoom ke (arah) pesawat. Biasanya dia cuma kirim foto suasana ruang tunggu dan izin mau berangkat," kata Erni kepada Kompas.com setelah menggelar pengajian bersama di kediamannya, kawasan Meruya, Jakarta Barat, Rabu (31/10/2018).
Melalui video, diketahui Paul merekam saat antre pengecekan boarding pass.
Lalu Paul merekam pintu keluar ruang tunggu yang menuju tangga turun area parkir pesawat.
Dua pesawat Lion air yang siap terbang juga tampak dalam video rekaman Paul.
Menurut keternagan Erni, Paul bekerja di bidang perkapalan.
"Dia bawa dokumen-dokumen kapal tongkang yang bawa batu bara. Rencananya cuma dua hari doang di Pangkalpinang," ujar Erni.
Hingga kini, istri Paul masih menginap di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur.
Erni mengatakan, keluarga telah membawa dokumen dan barang untuk tes DNA ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Ia berharap, Paul dapat ditemukan dalam keadaan selamat atau jenazahnya teridentifikasi.
Diberitakan sebelumnya, pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dioperasikan oleh Lion Air dinyatakan jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat pada Senin (29/10/2018) pagi.
Pesawat dengan nomor penerbangan JT-610 itu berangkat dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta, hendak menuju Bandar Udara Depati Amir, Pangkalpinang.
Pesawat mulai mengudara pada pukul 06.20 WIB, tetapi pada pukul 06.33 WIB hilang kontak, dan akhirnya dinyatakan jatuh.
Di dalam pesawat tersebut terdapat 178 penumpang dewasa, 1 anak, 2 bayi, 2 pilot, dan 5 awak kabin.
Simak videonya:
(Tribun Bali/Tribunnews/Kompas.com)