Gede Raka Tak Bisa Bergerak Sejak Lahir, Balita Asal Padangsambian Kelod Derita Gizi Buruk
Bocah laki-laki asal Padangsambian Kelod, Denpasar Barat itu diduga memiliki penyakit bawaan atau kelainan konginetal sejak lahir
Penulis: eurazmy | Editor: Irma Budiarti
Namun, salah satunya dinyatakan meninggal dalam kandungan (pecah ketuban).
Selanjutnya, anaknya lahir normal sebagaimana biasa.
Namun selang setahun, ia baru menjumpai ada yang berbeda dari anaknya dan ini berjalan hingga di tahun ketiga.
"Tulang leher belakang anak saya itu lemah. Nggak bisa bergerak itu dia. Tulang punggung juga lemah. Ya memang benar bayi ini tumbuh panjang, tapi tidak bisa gemuk, tumbuh kembangnya tidak normal. Ngomong saja dia nggak bisa, menelan makanan juga susah," jelasnya trenyuh.
Sebenarnya, lanjut dia, ia ingin anaknya dirawat di rumah sakit.
Namun berhubung keluarga kecil ini hidup dalam ekonomi yang pas-pasan, ia terpaksa hanya mampu membawa anaknya berobat di sarana pengobatan alternatif.
"Bagaimana mau berobat kalau sudah kalah sama biaya. Penghasilan saya waktu itu nggak menentu karena kerja juga serabutan. Mulai jadi karyawan laundry hingga kuli bangunan saya pernah," kata pria yang kini telah berprofesi sebagai satpam ini.
Namun, rupanya pengobatan alternatif ini tak kunjung berbuah hasil.
Hingga akhirnya, pada Kamis (22/11/2018) lalu, kondisi anaknya tiba-tiba memburuk.
Sang anak, kisah dia, mulai rewel bahkan tubuhnya lesu dan pucat.
Khawatir akan hal itu, dia langsung membawa anaknya ke puskesmas dan dirujuk rawat inap di RSUP Sanglah.
Di sana, ia baru tahu bahwa anaknya didiagnosa mengalami kelainan pada pusat saraf motorik sehingga mempengaruhi seluruh fungsi organ.
Lebih lanjut, ditanya soal biaya pengobatan yang sudah dihabiskan selama dirawat di RSUP Sanglah, ia belum tahu-menahu.
Yang jelas, ia sudah mendaftarkan anaknya ikut program JKN-KIS.
Biaya pengobatan, kata dia, sudah bisa ditanggung BPJS Kesehatan.
