Perjalanan Ratu Ular Dari Tabanan, Dipatuk Ular Kobra Hingga Lulus Penyuluh Bahasa Bali

Hampir tiga belas tahun, Ni Putu Astridayanti memiliki hobi memelihara ular sekaligus menjadi penari ular.

Koleksi Ni Putu Astridayanti
Penari ular, Ni Putu Astridayanti, sedang memperagakan aksinya di atas panggung 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Hampir tiga belas tahun, Ni Putu Astridayanti memiliki hobi memelihara ular sekaligus menjadi penari ular.

Wanita kelahiran 16 Agustus 1986 dan tinggal di Banjar Kelaci, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali, ini mulai memelihara ular sejak tahun 2007 dan mulai menjadi penari ular tahun 2008.

Selama menjalani profesi sebagai penari ular, tak semuanya berjalan dengan baik.

Cemohan tak jarang ia terima.

Selain itu, hobi ini bisa saja membahayakan nyawanya sendiri.

Ia pernah dipatuk ular king kobra yang digunakannya saat pentas.

Kejadiannya bulan Mei 2018, ketika dirinya pentas di salah satu perguruan tinggi swasta di wilayah Dalung.

Ketika itu ia baru selesai pentas bersama ular king kobra.

Saat memasukkan ke tempatnya, ular tersebut malah berbalik arah dan menyerang dirinya sendiri.

Akibatnya jari telunjuk tangan kanannya pun terpatuk ular king kobra.

"Pernah dipatuk ular. Menurut kepercayaan Agama Hindu, di ular ada Dewa Siwa dan pikiran tidak boleh kotor, karena waktu itu saya cuntaka dan tidak sembahyang makanya dipatuk," tutur Astrid saat ditemui di kediamannya, Jumat (11/1/2019) sore.

Astrid, Penari Ular asal Tabanan
Penari Ular, Ni Putu Astridayanti sedang beraksi di atas panggung bersama ular

Saat kejadian tersebut banyak temannya yang mengatakan bahwa dirinya sulit tertolong.

Namun ia yakin dengan dirinya walaupun dirawat hingga empat hari di rumah sakit.

"Banyak teman yang bilang saya meninggal, tapi karena mujizat saya selamat. Dapat cari antibiotik dan tetanus agar tidak borok. Itu sampai enam hari bengkaknya," imbuhnya sambil menunjukkan bekas patukan ular di jarinya.

Usai kejadian tersebut, banyak yang mengharapkan ia selesai menari dengan ular berbisa.

Lebih baik menari dengan ular piton saja.

Akan tetapi ia tetap pada keyakinannya untuk bertahan.

"Dengar saran itu saya berpikir dan berkeyakinan, ngapain selesai. Kalau bergaul sama ular kan memang ada risikonya. Kalau meninggal karena dipatuk ular ya itu risiko saya dan ikhlaskan saja. Kan Tuhan yang ngatur semua," katanya.

Intinya, menurutnya sebelum pentas ia harus sembahyang di rumah maupun di lokasi pentas agar mendapat perlindungan.

Menghaturkan pejati (sesajen) di lokasi acara maupun di rumah untuk meminta izin sekaligus perlindungan.

Baca: Kisah Dewi Ular Dari Tabanan, Pernah Tidak Ingin Bangun Usai Tidur Dengan Ular

Baca: Cerita Regu Elang BPBD Denpasar yang Sering Tangkap Ular

"Astungkara sampai saat ini tetap berjalan lancar. Yang penting doa keluarga, restu keluarga dan berdoa. Tetep ngaturang pejati di rumah dan di tempat acara," katanya.

Selain itu, harus memahami penanganan pertama yang mesti dilakukan saat dipatuk ular berbisa.

"Dan saat pentas Sabtu Paing dan Sabtu Kliwon juga harus hati-hati. Karena agak berbahaya," imbuhnya.

Walaupun dipatuk ular, ada hal yang menggembirakan yang diperolehnya.

Usai dipatuk ular dan sembuh, ia lulus perekrutan Penyuluh Bahasa Bali dan ditugaskan di Belayu Tabanan.

"Saya kira sudah tidak lulus. Saya ikut tes semampu saya, karena saat itu sedang sakit," katanya.

Dengan perjuangannya, ia pun akhirnya jadi salah satu Penyuluh yang lulus dari 150 orang yang dinyatakan lulus.

Baca: Ibu dan Anak Ini Berjuang Lepas dari Terkaman Ular Piton, Dwi Diserang dan Dililit Bagian Leher

Sampai saat ini, ia telah pentas keliling Bali kecuali di wilayah Klungkung.

Sementara untuk luar Bali ia telah pentas di Lombok dan Ketapang.

Ia juga pernah diajak roadshow keliling kecamatan di Tabanan oleh Bupati Tabanan.

Selama tiga tahun ini ia juga telah memelihara ratusan ular.

"Banyak yang mati karena umur dan bisa juga karena perubahan cuaca. Umur ular itu tergantung panjangnya. Kalau pendek cepet mati. Ular piton yang paling awet. Kalau kobra stres akan mematuk dirinya sendiri," katanya.

Dalam setiap pementasannya ia juga melakukan edukasi dan berbagi pengalaman terkait penanganan jika dipatuk ular. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved