Liputan Khusus
Waspada! Narkoba Jenis Baru Beredar di Medsos, Lebih Berbahaya daripada Ganja, Kenali Cirinya Ini
Setelah tembakau gorilla, kini disinyalir beredar narkoba jenis baru, yaitu ganja sintetis merek-merek berinisial RH, BB dan BC.
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setelah tembakau gorilla, kini disinyalir beredar narkoba jenis baru, yaitu ganja sintetis merek-merek berinisial RH, BB dan BC.
Diduga kuat, barang-barang haram ini kini tidak sulit didapatkan oleh siapa saja, karena para pengedar memasarkan produknya lewat media sosial (medsos), khususnya Instagram.
Beberapa lama belakangan ini, Tribun Bali memantau sejumlah akun Instagram yang diduga memasarkan narkoba jenis ganja sintetis itu.
Seorang mantan kurir narkoba (berinisial NA) menuturkan hal tersebut.
Ia pernah mendekam di penjara setelah ditangkap polisi. Saat itu awal 2018 lalu, NA mengantarkan barang yang dipesan konsumen lewat Instagram, dan NA langsung ditangkap oleh aparat dari Polresta Denpasar di kawasan Monang-Maning, Denpasar, yang menyaru sebagai konsumen.
Ia pun digiring dan diperiksa di Polresta Denpasar serta harus mendekam di sel tahanan.
“Saya memang ikut jadi pengguna dulu dan juga jadi kurir. Sehari saya dapat untung Rp 2 juta,” ungkap NA saat diwawancara Tribun Bali, pekan lalu.
Tahun 2017 sampai awal awal 2018, ganja sintetis yang dijualnya adalah jenis tembakau gorilla.
NA yang kini berusia 19 tahun dan mengaku sudah tobat, menyebut sebuah akun Instagram yang pernah menjadi partnernya ketika masih kurir narkoba di Denpasar waktu itu.
Saat diperiksa oleh pihak Polresta Denpasar awal 2018 silam, NA menyebut dirinya sudah memberitahu pihak kepolisian nama akun Instagram yang menjual narkoba itu.
NA mengaku, awal mula ia mengenal bisnis haram saat acara kumpul-kumpul dengan temannya sesama siswa SMA beberapa tahun silam.
Temannya kemudian menawarinya ngisap ganja sintetis.
Akhirnya ia terpengaruh, dan pada ujungnya tergiur menjadi kurir narkoba di Denpasar.
Waktu menjadi kurir di masa lalu itu, NA mengaku setiap hari banyak mengantarkan pesanan ke sana ke mari, sehingga ia bisa mendapatkan untung bersih Rp 2 juta per hari.
“Yang beli ada teman-teman sebaya juga dari sekolah lain, tapi biasanya janjian kami ketemu di pinggir jalan,” ungkap NA.
Meski sudah diketahui oleh aparat, namun hingga kini akun-akun yang disinyalir menjual narkoba tersebut masih bebas menawarkan barang itu di Instagram.
Bahkan, dari pantauan Tribun Bali, jumlah akun Instagram yang disinyalir menjual narkoba jenis ganja sintetis itu bertambah bak virus.
Ada dua akun yang paling aktif memasarkan narkoba lewat Instagram. Dua akun itu ibarat ibu dan ayah dari peredaran narkoba di Instagram.
Untuk bisa melihat postingan atau barang-barang yang dipasarkan oleh akun tersebut, Tribun Bali harus mem-follow akun tersebut dengan akun palsu.
Setelah diterima berteman, barulah akan mendapatkan info-info ter-update seputar penjualan narkoba jenis ganja sintetis dari akun tersebut.
Jaringan Akun

Bukan cuma itu. Dua akun tersebut rupanya punya banyak jaringan akun lagi yang juga aktif memasarkan narkoba atau menjadi reseller narkoba via Instagram yang kemudian dihubungkan ke line official mereka masing-masing.
Akun-akun Instagram jaringan mereka setidaknya ada tiga yang utama.
Tiga akun reseller narkoba itu adalah jaringan utama untuk pemesanan normal di Denpasar.
Pemesanan normal, maksudnya adalah pemesanan dengan cara mengisi formulir pemesanan, dan dikirim lewat jasa pengiriman kilat.
Denpasar sepertinya masih menjadi sasaran utama para penjual narkoba di Instagram.
Ini terbukti dari opsi-opsi yang ditawarkan oleh akun Instagram tersebut yang banyak tertulis nama Denpasar.
Pun dari jumlah reseller yang diinformasikan di akun tersebut, untuk pemasaran wilayah Denpasar paling banyak opsi reseller yang dapat dihubungi, bergantung kebutuhan pembeli.
Misalnya, jika ada yang membutuhkan barang cepat di Denpasar, pemesan akan disuruh menghubungi sejumlah akun Instagram lain lagi yang menjadi jaringan mereka.
Ada tiga akun lain lagi yang juga menjadi jaringan penjual narkoba itu. Jika butuh cepat, pemesan tinggal chating akun Iinstagram tersebut melalui Direct Message (DM). Tak perlu menunggu lama, pesan kita akan dibalas.
Akun tersebut akan meminta calon pembeli untuk memesan lewat line official mereka. Masuk ke line official, calon pembeli kemudian akan diberikan price list atau daftar harga.
Dalam price list itu, harga ganja sintetis bergantung jenis, dan merek yang ditawarkan.
Untuk merek dengan inisial RH misalnya, minimal harus membeli 5 gram seharga Rp 500 ribu, dan 200 gram seharga Rp 12 juta. Jika membeli di atas 300 gram, pembeli diminta untuk berkomunikasi langsung.
Sedangkan, untuk produk dengan inisial BB yang merupakan ganja sintetis merek terbaru, harga yang ditawarkan minimal Rp 1,7 juta dengan isian 25 gram, dan paling mahal 500 gram seharga Rp 24, 5 juta.
Jika pembeli sudah mengirimkan data alamat pengiriman dan nomor HP serta sudah mentransfer ke nomor rekening yang diberikan, barang akan segera dikirim ke alamat yang dicantumkan pembeli.
Omzet jutaan rupiah per hari diduga membuat bisnis haram yang satu ini sulit diberantas hingga ke akar-akarnya.
“Narkoba ini lahan basah, tanpa pajak, jadi bisnis ini benar-benar menjanjikan bagi mereka yang sudah terlanjur masuk di dalamnya,” kata seorang mantan pengedar narkoba kelas berat di Jakarta dan Bali, yakni AR, kepada Tribun Bali.
Selain akun-akun tersebut, masih ada akun-akun lain yang juga memasarkan narkoba lewat Instagram sebagai reseller namun untuk pemesanan area Bandung dan area Makassar.
Dari pantauan Tribun Bali, sejak Desember 2018, akun Instagram narkoba itu mengeluarkan produk baru dari ganja sintetis.
Di akun Instagram tersebut terlihat produk baru ini dipasarkan dengan gambar barong dan rangda khas Bali.
Dari informasi yang didapat di line official penjual, produk bergambar itu disebut sebagai “tembakau” kualitas nomor 1 dan bukan untuk para pemula.
Sejak 7 Januari 2019, akun instagram itu lagi-lagi mengeluarkan produk baru, yakni BC, yang sama-sama ganja sintetis namun katanya dengan cita rasa yang berbeda dan efek yang lebih membahayakan dari yang sebelumnya.
“Ini merupakan versi terbaru dari produk sebelumnya, dan kini hadir dengan cita rasa istimewa. Bukan untuk pemula,” tulis penjual di lewat pesan line saat Tribun Bali melakukan pemantauan. (*)