Menerka Semesta Kita, Masuk ke ‘Semesta’ Sang Perupa
Pernahkah kita menerka bagaimana rupa sebuah semesta yang penuh dengan keliaran imajinasi, kebebasan tiada batas?
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Irma Budiarti
Misalkan saja “Mermaid dan Angin” (2017), “Diterjang Badai” (2017), “Godaan Iblis” (2018), “Taman Eden 2018” (2018), “The Sacred Riana” (2017), “Face of Lucy” (2017).
Bahkan untuk menggambarkan sosok yang biasanya dikenal jenaka, lukisan “Badut” (2017) pun tampil dengan cara yang “gelap”.
Terlepas dari betapa “gelap” dunia yang digambarkan Anfield, kita masih bisa menemukan sisi kanak Anfield melalui tokoh-tokoh film anak yang dipinjamnya.
Satu di antaranya adalah Mermaid, yang begitu populer di kalangan anak-anak.
Tahun lalu, Anfield sempat mengikuti pameran “Solidarity, Peace and Justice”, di Balai Budaya, Jakarta.
Lukisan Naripama Ramavijaya terbilang berbanding terbalik dengan Anfield.
Karya Gus Rama, kelahiran Bali, 18 Oktober 2002, lebih riang dan penuh warna-warna terang.
Di dalamnya pun terjadi komunikasi di antara tokoh-tokoh yang dihadirkan.
Beberapa di antaranya juga tampak lebih seperti karikatur.
Misalkan pada “Mobil Kereta” (2018), “Ulang Tahun” (2016), “Circus” (2012).
Apabila diperhatikan angka tahun lukisan, antara karya tahun 2012, 2016, dan terkini 2018, Gus Rama tetap menghadirkan kegembiraan.
Meski memiliki keterbatasan untuk berkomunikasi secara terstruktur, namun melalui gambar-gambar itulah ia menyampaikan maksud dan keinginannya.
Ia bukan tidak mampu berkomunikasi, tapi ia memiliki cara yang berbeda untuk berkomunikasi.
Baca: Edy Rahmayadi Akui Poin-poin Ini Gagal Dijalankan Selama Jabat Ketua Umum PSSI
Baca: Ramalan Zodiak 20 Januari 2019: Libra Super Romantis, Hari Penuh Kebahagiaan Bagi Aquarius
Baca: Edy Rahmayadi Harapkan Sosok Ini Sebagai Penggantinya di PSSI
Menarik pula melihat hasil puasan Raynaldy Halim yang tanpa tokoh.
Lahir di Jakarta, 9 September 1997, Aldy pernah meraih penghargaan MURI untuk lukisan terbanyak anak berkemampuan khusus.