Gua Panji Landung dan Kuburan Dadong Guliang, Lokasi Angker Diubah jadi Wisata Spiritual
Gua Panji Landung menjadi satu di antara beberapa lokasi angker yang akan dijadikan wisata spiritual
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Nuansa magis terasa saat memasuki areal Gua Panji Landung di Desa Akah, Klungkung, Rabu (30/1/2019).
Suasananya yang sunyi ditambah gemercik suara air seakan membuat hati terasa tenang berada di sana.
Kondisi ini pun membuat Komunitas Peduli Desa Akah (Kompak) berencana menjadikan lokasi itu sebagai destinasi wisata spiritual.
Sinyal handphone seketika hilang saat memasuki wilayah Gua Panji Landung.
Untuk mencapai goa tersebut, harus berjalan menyusuri aliran sungai.
Suasananya sangat tenang, juga sangat sunyi dan temaram karena cahaya matahari terhalang oleh rimbunnya pepohonan.
"Kami sedang merancang desa wisata. Desa Akah memiliki sejumlah objek yang potensial untuk dikembangkan sebagai wisata spiritual," ujar Ketua Komunitas Peduli Desa Akah, I Ketut Sukadana.
Gua Panji Landung menjadi satu di antara beberapa lokasi angker yang akan dijadikan wisata spiritual.
Berdasarkan kisah turun menurun dari masyarakat, dahulu di sekitar Gua Panji Landung tinggal sepasang suami istri.
Baca: Hasil Visum Temukan Luka Robek, Empat Palaku Pemerkosaan Siswi SMP Hanya Diam dan Menutup Wajah
Baca: Tampilkan Akulturasi Budaya Bali-China, BKF 2019 Target Datangkan 2.000 Turis Tiongkok
Baca: Suasana Duka Proses Pemakaman Satu Keluarga Korban Longsor, Si Bungsu Dikubur Terpisah
Namun suami istri itu diterjang banjir besar hingga jenazahnya ditemukan di Sanur, Denpasar.
Namun secara niskala, keduanya masih bersemayam di Gua Panji Landung.
Lokasi ini terdiri dari gua yang memiliki tinggi sekitar 10 meter dengan lebar sekitar lima meter.
Di lokasi itu juga terdapat tiga mata air yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit, terutama penyakit nonmedis.
Selain Gua Panji Landung, lokasi sakral yang juga akan dirubah jadi destinasi wisata spiritual adalah Kuburan Dadong Guliang yang terletak di tegalan milik keluarga I Ketut Konten di Banjar Sukaduka Hyangapi, Desa Pakraman Akah, Kecamatan Klungkung.
Dadong Guliang serupakan sosok yang melegenda di Desa Akah, dan tercatat dalam lontar yang mengisahkan asal mula Desa Pakaman Akah.
Dadong Guliang merupakan perempuan asal Desa Guliang, Bangli.
Karena ada persoalan di tempat asalnya, Dadong Guliang memilih berkelana menuju sebuah lahan kosong ke Klungkung yang kini disebut Banjar Sukaduka Hyangapi, Desa Akah.
Banyak masyarakat yang takut oleh kesaktian Dadong Guliang sehingga warga sampai mengungsi ke desa lain.
Bahkan sampai memindahkan lokasi Pura Dalem.
Baca: Pelawak Dadap Meninggal Akibat Stroke, Tompel Kehilangan Sosok Inspiratif
Baca: Parade Budaya dan Lampion Akan Meriahkan Balingkang Kintamani Festival 2019
Baca: TRIBUN WIKI - Empat Lokasi Jogging Track di Denpasar, Suasananya Anti Membosankan!
Dadong Guliang menghabiskan sisa hidupnya di Desa Akah, dan dibuatkan kuburan yang luasnya hanya 3x3 meter.
Saat ini kuburan itupun sangat dikeramatkan, dan dipercaya memiliki dimensi niskala.
Karena sarat akan nuansa magis dan historis, maka kuburan Dadong Guliang itupun akan dijadikan sebagai obyek wisata spiritual.
"Rencana kami penggarapan wisata spiritual akan diawali dari Gua Panji Landung dan Pura Beji karena satu serangkaian. Setelah itu baru wisata spiritual Kuburan Dadong Guliang," jelasnya.
Wakil Bupati Klungkung, I Made Kasta mengungkapkan, pihaknya mengharapkan rencana pembentukan Desa Wisata Akah terwujud tahun 2020.
Dengan ini Desa Akah dapat mengikuti jejak desa wisata lain yang sudah mampu berkembang terlebih dahulu. (*)