'Tolong Beri Ibu Saya Tanggungan Kesehatan', Tak Sanggup Berobat, Hanya Terbaring di Kamar Pengap

Ni Nengah Menuh (45), terbaring lemas di kamar pengap berukuran 4x3 meter itu

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Saiful Rohim
MELARAT - Wahyuni merawat ibunya, Ni Nengah Menuh yang menderita stroke, Rabu (6/2/2019). Menuh menderita stroke sejak tiga tahun lalu. Namun keluarga tak bisa mengobati karena Menuh tak dapat tanggungan kesehatan. 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Ni Nengah Menuh (45), terbaring lemas di kamar pengap berukuran 4x3 meter itu, Rabu (6/2/2019).

Wajahnya terlihat pucat pasi.

Setengah tubuhnya tak bisa bergerak lantaran ia mengalami stroke.

Baca: Ni Nengah Menuh yang Hanya Bisa Terbaring Ini Didatangi Tim dari Pemprov Bali

Saat ditemui di kediamannya di Desa Seraya Barat, Kecamatan Karangasem, Menuh tak bisa berbuat apa-apa.

Makan dan minum harus dilayani oleh anaknya Ni Nyoman Sri Wahyuni, serta suaminya I Wayan Uti.

Menuh hanya bisa berbaring di kasur tipis kusam yang ia jadikan sebagai alas tidurnya.

Wahyuni mengatakan, ibunya menderita stroke sejak tiga tahun lalu.

Baca: Seleksi PPPK Dibuka 8 Februari 2019, BKN akan Pastikan Validitas Data Eks Tenaga Honorer K2

Baca: Inilah Arti ‘Lelaki Sejati’ Menurut Jokowi

Namun keluarga miskin ini tak sanggup membawa Menuh ke rumah sakit secara konsisten karena tidak memiliki biaya pengobatan.

Yang membuat miris lagi, mereka tidak mendapat tanggungan kesehatan.

"BPJS tidak dapat, tolong beri kami bantuan kesehatan. Penghasilan bapak dari maburuh batu bata cuma Rp 300 ribu per bulan. Kiriman kakak juga tidak cukup untuk membiayai pengobatan ibu," ujarnya.

Pasangan Ni Nengah Menuh dan Wayan Uti memiliki empat anak.

Pertama Gede Budi bekerja di Denpasar sebagai buruh kopi.

Baca: Sugiarto Wiharjo, Buron Kasus Korupsi APBD Lampung Timur Rp 108 Miliar Ditangkap di Bali

Baca: BBPOM Denpasar: 76 Persen Iklan Obat Tradisional Menyesatkan

Kemudian Ni Nengah Suryanti juga di Denpasar bekerja sebagai penjaga warung.

Sedangkan Wahyuni harus siaga di rumah menjaga orang tuanya.

Terkahir Ketut Budiarta masih sekolah dasar.

Gede Budi dan Ni Nengah Suryanti tiap bulan mengirim Rp 500 ribu.

Jumlah tersebut bahkan tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Untuk biaya pampers Menuh bisa menghabiskan ratusan ribu tiap bulan.

Belum lagi untuk makan.

Baca: Pakai Fitur GPS saat Berkendara Bisa Kena Denda Tilang Hingga Rp 750.000 atau 3 Bulan Kurungan

Baca: Istri Menyesal Laporkan Ismaya ke Polisi, Ngaku Terjadi di Luar Kendali, Diduga Gangguan Niskala

Ia berharap pemerintah bisa memasukkan nama ibunya sebagai penerima jaminan kesehatan.

Ia juga berharap ada pihak lain yang bersedia mengobati ibunya itu.

"Bantuan beras dapat, tapi BPJS tidak dapat. Padahal tanah yang saya tempati punya tetangga," kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Karangasem, Ni Ketut Puspakumari mengaku masih mencocokkan data jumlah penduduk untuk Universal Health Coverage (UHC) atau perawatan kesehatan universal.

Setelah data kependudukan di Karangasem cocok, ia berjanji akan mengusulkan nama Ni Nengah Menuh.

Baca: Setelah Perancis, Kopi Kintamani Diharapkan Tembus Pasar Amerika

Baca: Inilah Kriteria Foto & Video Instagram yang Dipastikan Dihapus oleh Fitur Sensitivity Screens

"Jika mengacu semester satu 2018, penduduk di Karangasem mencapai 550.047 jiwa. Sedangkan semester dua 2018 data penduduk di Karangasem sekitar 511.019 jiwa. Makanya ditunggu dulu," kata dia.

Kata dia, masih banyak kepala keluarga miskin di Karangasem yang belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Sesuai basis data terpadu, jumlah kepala keluarga miskin di Bumi Lahar mencapai 42.128 KK.

Sedangkan yang dapat bantuan baru 22.000 KK.

"KK yang mendapat bantuan yakni dari Program Keluarga Harapan (PKH), dan bantuan pangan nontunai. Jumlahnya sekitar 22.000 KK," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved