Inspirasi

Belajar Mengukir Sejak SMP, Pintu Gebyok Triana Sempat Dibeli Bule Jerman

Tak hanya laris di Bali, pintu gebyok khas Bali ini juga kerap dipesan oleh konsumen dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Made Prasetia Aryawan
I Nyoman Triana saat menunjukan salah satu kerajinan ukir di tempat usaha di Desa Batannyuh, Kecamatan Marga, Tabanan, Senin (18/2/2019). 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN – Belasan perajin ukir tampak sibuk melakukan aktivitas di sebuah workshop kerajinan ukir di Desa Batannyuh, Kecamatan Marga, Tabanan, Senin (18/2/2019).

Satu persatu pahatan pada sebilah kayu diselesaikan menjadi pintu gebyok khas Bali.

Tak hanya laris di Bali, pintu gebyok khas Bali ini juga kerap dipesan oleh konsumen dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi, bahkan sempat pula dipesan oleh bule asal Jerman untuk dipasang di rumahnya di negeri nun di sana.

“Dari banyak daerah juga sempat memesan pintu gebyok disini. Bahkan ada beberapa waktu lalu bule dari Jerman datang kesini langsung untuk membeli pintu gebyok,” ucap pemilik usaha kerajinan ukir, I Nyoman Triana, Senin (18/2/2019).

Pria berusia 42 tahun ini melanjutkan, saat pembelian bule Jerman tersebut langsung dibayar dengan menggunakan mata uang eropa yakni Euro.

Setelah itu baru dikirim dengan sistem packing ke Jerman. Dia bercerita, wisatawan tersebut awalnya tertarik dengan kesenian ukir di Bali.

“Ketika melihat usaha saya di sini, dia membeli satu (pintu gebyok) untuk dibawa ke Jerman dan langsung dibayar dengan Euro saat itu,” kenangnya.

Triana menceritakan, awal mula usaha kesinian ukir (pahat) ini ia rintis sendiri sejak tahun 1996 silam.

Sebelum membuka usaha, ia pun memang sudah menjadi pengukir sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Lambat laun ia akhirnya bisa mandiri dan terus belajar hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka usaha. 

Sejak tahun 2001, ia pun mulai memiliki karyawan dan saat ini sudah puluhan karyawan dia miliki.

“Saya memang ngukir sejak dari SMP. Terus belajar dan belajar hingga bisa kemudian berani membuka usaha sendiri. Dulu saya memang sendiri, dan belum punya tempat usaha dan karyawan,” tuturnya.

Dalam kerajinan ukir ini, ia lebih banyak mendapat pesanan untuk menggarap pintu gebyok Bali atau pintu yang kerap digunakan pada bale dangin.

Selain itu,ia  juga menggarap bale gede, bale gong dan lainnya sesuai pesanan konsumen.

Untuk mengerjakan satu pintu gebyok, kata dia, bisa diselesaikan sekitar 4-5 hari tergantung ukuran dan tingkat kerumitan ukiran yang dikerjakan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved