Kisah Suatjana Mendigitalisasi Aksara Bali, Raih Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama 2019
Dipl. Ing. I Made Suatjana terpilih menerima penghargaan Bali Kerti Nugraha Mahotama 2019
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
Berlanjut ketika program windows mulai dikenalkan pada khalayak ramai, pada Tahun 1993 dirinya baru bisa membeli komputer yang ada Windows-nya.
Baca: 8 Fakta Nyepi yang Jarang Diketahui, Mulai dari Pantangan hingga Promo Hotel Murah
Baca: Sering Mengibas atau Memelintir Rambut? Pakar Bahasa Tubuh Ungkap Kepribadianmu
Selanjutnya pada akhir tahun yang sama Suatjana menemukan sebuah naskah kecil di info komputer yang memuat artikel tentang cara membuat font.
Akhirnya sejak ditemukan artikel itu, ide untuk membuat font Bahasa Bali mulai bisa dikerjakan.
Font itu kemudian diselesaikannya selama 6 bulan hingga Program Bali Simbar dapat diselesaikan pada tahun 1994 dengan baik dan lengkap.
Tak berhenti sampai di sana, Suatjana terus melakukan penyempurnaan tanpa henti.
Baca: Hanya Lemas Setelah Diberi Minuman, Bidan Beti Lalu Dibekap, Mobil Pun Berguncang
Baca: Tinggal di Rumah Warga, Ini yang Dilakukan Satgas TMMD
Bekerja sama dengan Aken Life dan yayasan Dwijendra, program hasil rancangan Suatjana berhasil diresmikan oleh Pemda Bali dan mulai dikenalkan pada masyarakat dan berganti nama menjadi Bali Simbar Dwijendra pada tahun 1996.
Bahkan pada tahun 2009, Bali Simbar Dwijendra sudah dilengkapi dengan sistem koreksi di mana ketika kita memasukkan sebuah kata atau kalimat maka akan ada hasil koreksinya.
Ide Suatjana memang sangat inspiratif, dengan tujuan mengembangkan dan melestarikan budaya Bali khususnya, dan budaya Indonesia pada umumnya.
Sehingga tak ayal ia juga berhasil meraih Penghargaan Rancage Bidang Sastra pada tahun 2008, dan juga sebelumnya mendapatkan Penghargaan Khusus dari Pemprov Bali tahun 2002, bersama dengan dr Denny Tong, seorang dokter RSJ Bangli.
Baca: 8 Fakta Nyepi yang Jarang Diketahui, Mulai dari Pantangan hingga Promo Hotel Murah
Baca: Sering Mengibas atau Memelintir Rambut? Pakar Bahasa Tubuh Ungkap Kepribadianmu
Ia berharap agar hasil karya ciptanya lebih dihargai dengan tidak menjiplak dan wajib menyebut nama sumbernya.
“Harapan saya syukur kalau (karya cipta saya) dihormati, bentuk huruf yang dibuat jangan ditiru dan diberi nama lain. Itu aja sih,” ucapnya.
Saat ini, kata dia, permintaan yang banyak muncul kepada Bali Simbar adalah permohonan bantuan dalam pembuatan awig-awig.
Selanjutnya, rencana ke depan yang akan dilakukan adalah bersama Lembaga Pembina Bahasa, Sastra dan Aksara Bali Fokus akan membuat kamus bahasa Bali yang sekaligus ada aksara Bali-nya. (*)