Perang Daun Kelapa Kering yang Dibakar, Pemuda Satria Kawan Gelar Ritual Lukat Geni
Hari semakin gelap ketika Pemuda Puri Satria Kawan, Desa Paksebali, Klungkung bersiap melaksanakan tradisi lukat geni, Rabu (6/3/2019).
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM SEMARAPURA - Hari semakin gelap ketika Pemuda Puri Satria Kawan, Desa Paksebali, Klungkung bersiap melaksanakan tradisi lukat geni, Rabu (6/3/2019).
Tradisi ini rutin dilaksanakan saat Malam Tawur Agung Kesanga, atau sehari menjelang hari raya Nyepi sebagai bentuk pembersihan Bhuana Agung dan Bhuana Alit
Waktu ketika itu menunjukan pukul 20.00 Wita. Setelah Ida Sesuhunan di Pura Merajan Agung Puri Satria Kawan mesolah (menari), beberapa pemuda Satria Kawan mulai naik ke utama mandala Pura Merajan.
Agung Aris (24), bersama rekan-rekannya membuka pakaian mereka dan bertelanjang dada. Sementara para pemudi, mulai menyalakan obor.

Sebelum ritual dimulai, pemuda-pemudi ini melakukan persembahyangan di Utama Mandala Pura, dan dada mereka digorekan pamor (kapur putih).
Jumlah pemuda yang mengikuti tradisi lukat geni ini berjumlah 36 orang, atau 18 pasang. Sementara pemudi yang membawa obor sebanyak 33 orang.
Suara tabuh baleganjur pun mulai riuh. 33 pemudi Satria Kawan turun terlebih dahulu menuju Madya Mandala Merajan.
Mereka lalu membentuk setengah lingkaran, sembari membawa obor yang telah disiapkan sebelumnya. Diikuti oleh sorak-sorai pemuda bertelanjang dada, yang akan mengkuti ritual lukat geni ini.

Suasana heroik sangat terasa. Para pemuda dibagi dalam dua kelompok. Mereka mengacungkan daun kelapa kering yang sudah terikat dengan rapi.
Diiringi tabuh baleganjur, mereka penuh semangat berteriak untuk membangkitkan semangat rekan-rekannya.
Bak berperang di medan perang, satu persatu pemuda saling berhadapan. Senjata mereka merupakan daun kelapa kering, yang sudah dibakar api menggunakan obor yang dibawa oleh pemudi.
Susana heroik makin terasa ketika para pemudi saling memukul punggung lawannya menggunakan bara api yang membakar dedaunan kelapa kering.

Teriak-teriakan pemuda semakin membuat suasana riuh. Bara api berterbangan ketika lukat geni berlangsung.
Pukulan ke punggung masing-masing pemuda tidak akan berhenti sebelum api pada senjata daun kepala kering itu padam.
Momen ini tidak terlewatkan baik bagi masyarakat, maupun puluhan fotografer profesional dari dalam dan luar negeri yang sengaja datang ke Klungkung untuk mengabadikan momen ini.
Tidak ada dendam di antara para peserta. Setelah saling pukul menggunakan bara api, mereka bersorak-sorai dan saling berpelukan.

Nuansa perselisihan, berubah menjadi kekeluargaan ketika mereka saling tertawa dan bercanda gurau seusai melakukan ritual ini.
" Tidak ada rasa panas saat dipukul dengan bara api, dan semuanya semangat. Tradisi ini, juga membuat rasa solidaritas dan kekeluargaan kami semakin erat," ujar seorang Pemuda Puri Satria Kawan, Agung Aris
Kelihan Pesamuan Puri Satria Kawan, A.A Gde Agung Rimawan menjelaskan, pelaksanaan lukat geni tahun ini sedikit berbeda dari pada tahun-tahun sebelumnya.
Jika sebelumnya lukat geni digelar di perempatan (catus pata) Satria, Klungkung, tahun ini justru digelar di Merajan Agung.

Hal ini karena pelaksanaan Tawur Agung Tahun 2019 ini, bersamaan dengan Kajeng Kliwon