Tercantum dalam Saramuscaya, Karakter Manusia Hindu Adalah Pradnya, Begini Penjelasannya

Prof yudha menyampaikan materi tentang Nyepi dan implementasi dalam memperkokoh kebhinekaan di era milenial

Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN BALI/RIZAL FANANY
Seorang pemedek berusia muda tampak khusuk menghaturkan doa bersama ratusan Umat Hindu yang memadati Pura Sakenan Desa Pekraman Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Sabtu (5/1/2019). 

Menurutnya, orang yang pintar itu biasanya rajin dharma tula (berdiskusi).

Diskusi dilakukan bukan hanya berdebat di media sosial, namun harus dengan face to face (bertatap muka). 

Di samping itu, ia menekankan manusia Hindu tidak cukup hanya pintar saja, namun juga harus purusa utama atau berbudi luhur.

Dalam sloka 306 Saramuscaya dikatakan, manusia Hindu hendaknya jangan terlalu bangga kalau dipuji dan jangan merasa terhina saat dicaci maki. 

“Kalau diberi jabatan tinggi jangan terlalu senang dan saat berada di titik rendah agar biasa saja. Saramuscaya mengatakan, belajarlah kamu mengendalikan fluktuasi perasaan ini, baik saat senang maupun tidak senang,” terangnya.

Selanjutnya yang terakhir adalah rendah hati, yang mana tercantum dalam sloka 312 Saramuscaya.

Acara ini dihadiri ratusan mahasiswa maupun organisasi kepemudaan Hindu di Bali. (*) 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved