Baru 3 Jam Tiba di Bali Ikut Tes Kenaikan Jabatan, Pegawai BPKP Asnah Wahyuni Tewas Tertabrak Mobil
Pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Pusat (BPKP) ini ditabrak mobil di Jalan Hayam Wuruk, Denpasar, Minggu (7/4) sore, dan kemudian menghembuskan napas
Penulis: Busrah Ardans | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Malang nian nasib perempuan bernama Asnah Wahyuni (50).
Pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Pusat (BPKP) ini ditabrak mobil di Jalan Hayam Wuruk, Denpasar, Minggu (7/4) sore, dan kemudian menghembuskan napas terakhir di RSUP Sanglah, pukul 19.00 Wita.
Padahal ia baru tiba di Bali tiga jam sebelum kejadian.
Asnah datang ke Bali untuk mengikuti tes kenaikan jabatan di Wisma Keuangan, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar.
Asnah ditabrak mobil pikap di sekitar traffic light Jalan Hayam Wuruk, tepatnya di selatan Dealer Motor Honda.
Menurut keterangan warga sekitar, saat itu Asnah tiba-tiba saja menyeberang jalan dan seketika pula tertabrak mobil.
Tribun Bali yang saat kejadian melintas di lokasi, melihat kondisi korban tampak terlentang.
Mulut dan hidungnya mengeluarkan darah segar.
Kerumunan orang pun mulai ramai.
Mendekati dan mengelilingi korban yang terkapar di atas aspal dengan kondisi kritis.
Tak ada satupun berani menyentuh korban.
Tribun Bali kemudian menghubungi pihak kepolisian dan tim BPBD yang langsung direspon cepat.
Selang beberapa menit kendaraan mulai padat.
Lokasi kejadian menjadi macet.
Pengendara mobil dan motor berhenti untuk melihat apa yang terjadi.
Baca: Polisi Amankan 2 Bocah Pengambil Sesari di Padang Galak, MJM Dapat Sesari Rp 1,3 Juta Saat Melis
Suasana tegang dan ribut.
Beberapa warga berteriak untuk cepat menangani korban, hingga akhirnya pihak kepolisian tiba di TKP.
Suara ambulans kemudian terdengar.
Dari arah selatan melewati Jalan Kapten Japa, ambulans BPBD menghampiri.
Satu, dua, dan tiga petugas turun dari mobil.
Seorang petugas mulai membasuh darah yang mengalir dari mulut korban.
Tidak butuh waktu lima menit, korban dievakuasi dengan tandu dan diangkat ke mobil menuju RSUP Sanglah.
Menurut penuturan sopir pikap I Gede Eka Dharma Nugraha (50), dirinya tidak bisa menghindari kecelakaan lalu lintas tersebut.
Pasalnya, saat itu lampu hijau telah menyala, namun korban tersebut melintas.
"Inikan lampu hijau, pas sudah sampai (melewati zebra cross) dia nyeberang mendadak, gimana bisa rem. Gak bisa ngerem. Padahal sudah saya pelan-pelan tadi. Lampu hijau Pak, gimana ngeremnya?" kata dia saat ditemui di lokasi kejadian dengan dikerumuni sejumlah orang.
Baca: Sudikerta Jaminkan Sang Istri, Kuasa Hukum Optimistis Penangguhan Penahanan Disetujui Polda Bali
Dia menuturkan, korban tertabrak kemudian jatuh, setelah itu dirinya tidak tahu menahu.
Dia lalu memarkir mobilnya di Jalan Kamboja depan dealer Honda sebelah timur.
Eka lalu turun dan melihat kondisi korban di sebelah selatan.
"Tertabrak, kesenggol kemudian jatuh. Memang keluar darah dari mulut dan hidungnya. Kurang tahu apa kepalanya kena sesuatu atau tidak," kisahnya dengan tangan yang bergetar.
Kepada Tribun Bali dia mengungkapkan, dirinya berjualan di Pasar Kreneng dan baru saja akan memarkir mobil.
"Saya ini mau markir mobil, kan saya jualan buah di Pasar Kreneng ini. Tadi mau parkir. Gak nyangka saya (peristiwa ini), padahal udah pelan-pelan tapi tiba-tiba ada yang menyeberang," ungkap Eka, yang juga sudah dimintai keterangan oleh pihak kepolisian di TKP.
Sementara itu, seorang saksi mata Ketut Dita sedikit menyesalkan sikap warga yang tidak berani menolong korban.
"Posisi kepalanya di utara, dari hidung dan mulut keluar darah. Cuma gak ada yang membantu. Mungkin belum ada bantu karena takut kenapa-kenapa," kata dia.
Dia menerangkan, korban cukup lama tergeletak tak sadarkan diri.
"Lumayan lama tergeletak di situ tapi belum ada yang bantu. Orang saya datang, sekitar lima menitan itu saja belum ada yang bantu. Cuma ngerumuni saja, ramai. Nggak berani gitu loh," ujarnya dengan nada heran.
Dia juga membenarkan sempat wajah korban ada yang menutupi menggunakan benda berwarna putih.
"Tadi sempat wajahnya ditutupi pakai semacam bahan apa gitu warna putih itu. Nah pas dia sudah diangkat saya ambil pasir nutupin darahnya itu. Saya bantu tim BPBD, soalnya gak bisa mereka angkat sendirian. Tadi pas angkat itu dia masih bernapas," tutur pria paruh baya ini.
Sedangkan seorang petugas kepolisian, Made Ramki, sesaat setelah korban dievakuasi mengatakan korban masih dalam keadaan hidup.
Namun kondisinya kritis.
Dia menjelaskan, menurut pengakuan sopir bahwa korban menyeberang dari arah selatan ke utara dengan posisi traffic light berwarna hijau.
"Menurut sopirnya, traffic light sudah lampu hijau, dia tidak bisa ngerem karena tiba-tiba ada yang menyeberang. Sementara sopirnya dari arah barat ke timur. Jadi tertabrak," kata dia menjelaskan.
Dirinya mendapat informasi dari warga di sekitar traffic light Jalan Melati dan Hayam Wuruk.
"Saya di sebelah sana, traffic light barat, di sana dikasih tahu warga kalau ada orang kecelakaan. Makanya langsung menuju ke lokasi. Pas ke sini waduh sudah ramai, macet semua," terangnya.
Tiba di IGD RSUP Sanglah, korban Asnah langsung mendapat perawatan.
Namun nyawa perempuan asal Samarinda, Kalimantan Timur, ini tidak tertolong.
Dia menghembuskan napas terakhir pukul 19.00 Wita.
Kepala Bagian/SMF Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr Ida Bagus Putu Alit, menemukan adanya luka terbuka pada sebagian kepala samping kanan korban.
''Ditambah dengan patah atau retak pada tengkorak bagian kanan,'' ungkapnya dikonfirmasi Tribun Bali, tadi malam.
Seorang anggota relawan Unit Reaksi Cepat Community (URCC), Gheristumus Deny M Kalandena, turut serta mengawal penanganan korban di TKP hingga ke rumah sakit.
Diketahui, korban baru saja tiba di Bali dalam rangka mengikuti tes kenaikan jabatan yang dilangsungkan di Wisma Keuangan.
''Di sini, kata rekan-rekannya di BPKP, korban sedang ada ospek kenaikan jabatan. Baru datang di Bali tiga jam tadi sebelum kejadian,'' tuturnya ditemui di Instalasi Forensik RSUP Sanglah.
''Informasi ini saya dapat setelah rekan-rekan korban datang di rumah sakit. Jenazah sudah diklaim, sekarang tinggal nunggu keluarga dari Samarinda jemput,'' tambahnya.
Mengenai kondisi korban, kata dia, memang cukup parah, terutama di bagian kepala.
Usai penanganan medis, kira-kira setengah jam, nyawanya tidak mampu terselamatkan.
''Hingga malam tadi keluarga sudah kami beritahu, mungkin rencana besok (hari ini) mereka ke sini,'' ujarnya. (bus/azm)