Bisikan yang Keras Menyentil

Kartun Ber(b)isik. Demikian tema pameran dari enam kartunis mumpuni tanah air yang dihadirkan di Bentara Budaya Bali, Gianyar

Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Ni Ketut Sudiani
Karya yang dipamerkan dalam pameran Kartun Ber(b)isik. 

Masing-masing kartunis hadir dengan karakter dan gayanya masing-masing.

Beng Rahadian yang aktif di Akademi Samali yang juga kontributor Komik Strip Koran Tempo Minggu, lewat ‘Bencana Sosial’ (2018) dan Perang Hastag (2018), menggambarkan bagaimana masyarakat terpecah belah ke dalam kubu-kubu tertentu.

Baca: Bali United Mampu Bersaing di Papan Atas tapi Sulit Juara

Baca: Eks Perseden Denpasar Sayangkan Bali United Minim Diperkuat Putra Daerah

Sejalan dengan perubahan era, perang yang terjadi bukan lagi hanya merasuki dunia nyata, melainkan telah meng’gaib’ ke dalam dunia maya, yang dampaknya bisa jadi lebih mengerikan.

Silang sengkarut dunia digital juga tampak pada karya Ika W Burhan, Thomdean, Didie SW termasuk kartunis Muhammad “Mice“ Misrad.

Ada yang menyinggung tentang percintaan semu dunia maya, candu handphone, hingga korban perangkap hoax.

Jelas terlihat bahwa kecemasan-kecemasan akan keliaran digital yang kian tidak mudah dikontrol, menjadi perhatian serius hampir semua kreator.

Karya yang dipamerkan dalam pameran Kartun Ber(b)isik.
Karya yang dipamerkan dalam pameran Kartun Ber(b)isik. (Tribun Bali/Ni Ketut Sudiani)

 Satire Kritis

Tommy Thomdean yang dikenal sebagai ketua Jokersyndicate.com, kali ini lebih banyak menyajikan satire kritis akan sosok para politikus.

Bahkan ada satu bagian dalam seri karya berjudul 7 Jurus Mabuk Pilkada/Pemilu (2018) tidak dapat ditampilkan.

“Maaf, atas permintaan dukun Gareng, jurus no. 2, karena sesuatu dan lain hal tidak bisa ditampilkan di sini.” Demikian penjelasan yang ditampilkan.

Dari tujuh jurus yang digambarkan Thomdean, jelas sekali betapa dia dengan keras menyentil tokoh-tokoh politikus yang mengandalkan segala cara untuk menang.

Mulai dari manipulasi ‘memanen’ KTP, pendekatan ke tokoh-tokoh berpengaruh, menggelar hiburan-hiburan zaman ‘now’, negosiasi bagi kursi, hingga pamungkas serangan fajar.

Baca: Bagi Perempuan Penggemar Sepeda, Ikuti Women Cycling Challenge Banyuwangi

Baca: Hasil Final Singapore Open, Pasangan Ahsan/Hendra Gagal Pertahankan Gelar Juara

Sentilan itu juga muncul pada karya “Dukun Gareng a.k.a Guga-Dukun Gaul : Jasa Pengganda Suara” (2018).

Sementara “tamparan” halus Didie SW terlihat pada “Korupsi Berjamaah” (2018).

Ia menggambarkan sekumpulan orang yang dengan pongahnya masih bisa tersenyum dan selfie ketika sudah tertangkap.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved