Tambah Wawasan Nelayan Soal Cuaca di Perairan, BMKG Mengadakan Sekolah Lapang Nelayan
Untuk menambah pengetahuan nelayan terkait kondisi cuaca di perairan Bali, BMKG melalui stasiun maritim mengadakan Sekolah Lapang Nelayan
Penulis: Firizqi Irwan | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ahmad Firizqi Irwan
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Untuk menambah pengetahuan nelayan terkait kondisi cuaca di perairan Bali, BMKG Provinsi Bali melalui stasiun maritim mengadakan Sekolah Lapang Nelayan (SLN) pada Senin (29/4/2019) hingga Kamis (1/5/2019) mendatang, di Quest Hotel Kuta, Jalan Kediri, Tuban, Kuta, Badung, Bali.
Kegiatan ini mengusung tema Tingkatkan Produktivitas dan Keselamatan Nelayan Melalui Informasi Cuaca.
Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Dr Urip Haryoko mengatakan, kegiatan SLN ini bertujuan memberikan informasi lebih dalam terkait cuaca di perairan.
"Ya Sekolah Lapang Nelayan ini sebenarnya ingin memberikan pengetahuan kepada nelayan bagaimana memahami informasi cuaca, khususnya cuaca kemaritiman,"
"Agar nelayan kita saat berlayar bisa mengetahui cuaca apa saja yang terjadi untuk menjaga keselamatan. Sehingga para nelayan kita selamat dan sejahtera. Selamat dari cuaca ekstrem, kemudian sejahtera dalam arti tahu mana potensi ikan," ujarnya kepada Tribun Bali dan media lain.
Ia juga menjelaskan, dalam kegiatan ini nelayan dibekali tentang pengetahuan cuaca, bagaimana memaknai informasi, mengartikan dan melihat tanda-tanda cuaca ekstrem, khususnya di Bali dan sekitarnya.
Bahkan sebelumnya beberapa nelayan sudah mulai menggunakan informasi cuaca yang bersumber dari BMKG saat ingin berlayar.
Baca: Sembunyi di Parit Pakai Dedaunan, Bule Rusia Kabur Berhasil Diamankan Polda Bali
Baca: Lama Vakum, The Wheels Kini Hadir dengan Album Terbaru, Single Kekuasaan Menyuarakan Keadilan
Namun tidak sedikit nelayan yang masih belum mengenal informasi cuaca.
Hal itu dikatakannya bukan karena nelayan tidak tahu, melainkan belum ada akses untuk mendapatkan informasi tersebut.
"Saat ini kita sudah lakukan survei dan dari itu ada yang tahu persis tapi ada juga yang belum sempat melihat. Masalahnya bukan karena tidak tahu, tapi belum ada akses,"

"Nah, dengan kegiatan ini mudah-mudahan akses itu akan mempermudah dan barang kali dengan hadirnya narsum yang hadir di sini bisa memberikan akses dan menyiapkan display-display atau informasi cuaca maritim di pelabuhan-pelabuhan atau daerah nelayan," jelasnya.
Selama SLN, para nelayan juga diberikan praktek-praktek seperti bagaimana mengetahui potensi gelombang dan berbagai hal yang wajib diketahui nelayan.
"Kelompok nelayan selama ini kan belum mempertimbangkan potensi cuaca, sehingga saat berlayar bisa jadi di tengah laut tiba-tiba ada cuaca ekstrem atau barang kali selama ini mereka atas bimbingan dari Dinas DKP sudah mengetahu bagaimana mencari potensi ikan. Dengan mempertimbangkan iklim, akan lebih tepat untuk menangkap ikan. Jadi kita alihkan dari mencari ikan menjadi menangkap ikan," tambahnya.
Baca: Dua Pasien Siswa Melaksanakan Ujian Nasional di RSUP Sanglah
Baca: Pria Ini Tewas Tenggelam Saat Berusaha Selamatkan Kambingnya yang Hanyut
Sementara itu, Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, M Taufik Gunawan mengatakan, pihaknya sudah memberikan informasi cuaca ke berbagai media, yang diharapkan mampu memberikan manfaat bagi seluruh kalangan termasuk para nelayan yang akan berlayar menangkap ikan.
"Nelayan saat ini sudah menggunakan informasi dari kita ya, seperti medsos dan sudah diterapkan," tuturnya.
Ia bersama dengan pakar yang terlibat dalam SLN juga memberikan informasi daerah ikan yang mengalami cuaca buruk kepada nelayan.
Hal ini memberikan manfaat bagi para nelayan, dimana unsur keselamatan tentu menjadi perhatian bagi BMKG Provinsi Bali.
"Misalnya ada daerah tangkapan ikan, ada cuaca buruk, jadi disitu ditanya mana yang dipentingkan (keselamatan). Jadi apakah mau menangkap atau ditunda dulu. Informasi ini memang harus disinergitaskan, mungkin dari BMKG, DKP sehingga nelayan itu bisa sejahtera dan sekaligus selamat," lanjutnya.
Sebelum dan saat SLN ini berlangsung, ia bersama jajaran selalu menyampaikan kepada nelayan dan publik, kapan awal musim hujan, kapan musim kemarau berlangsung.
Baca: Ini Alasan Solskjaer Tetap Membela David De Gea Meskipun Melakukan Blunder
Baca: Pengprov PBVSI Bali Hanya Kirim Tim Voli Putra Ikuti Pra PON 2019
Namun ia menjelaskan, akhir bulan ini seharusnya sudah memasuki musim kemarau, tapi pada kenyataannya ada beberapa faktor sehingga terjadi perubahan iklim.
Diantara faktor itu yakni faktor global, regional (nasional) dan lokal.
"Globalnya tidak signifikan, regionalnya normal, lokalnya juga tidak terlalu. Tapi ada juga dari gangguan lainnya, seperti gangguan dinamika atmosfer yang secara periodik berubah signifikan," tambahnya.
Lebih lanjut M Taufik Gunawan menuturkan, tiga faktor itu menjadi penyebab terjadinya perubahan iklim yang ada saat ini.
"Jadi bisa mengganggu seperti 3 faktor tadi, ketika seharusnya musim kemarau ternyata ada dinamika atmosfer yang memungkinkan pembentukan awan hujan yang ekstrem, makanya seperti terjadi sekarang ini, terjadi banjir dimana-mana. Kalau di Bali hanya di bagian (wilayah) tengah ya," tuturnya.
Dikatakan Dr Urip Haryoko, nelayan yang datang mengikuti SLN berjumlah 25 orang dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Bali.
Kegiatan ini tidak hanya diikuti para nelayan dan menghadirkan ahli di bidang informasi cuaca, tetapi juga para penyuluh.
Dengan harapan, penyuluh-penyuluh tersebut bisa menyalurkan informasi yang diterima saat SLN kepada lingkungan terdekatnya.
(*)