Meneteskan Air Mata, Sariani Ungkap Sudah Sebulan Tak Tahu Nasib Suami di Nusakambangan

Air matanya lalu menetes saat mengetahui adanya video narapidana (napi) dari Bali yang diperlakukan secara kasar ketika dibawa ke Lapas Nusakambangan

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Ni Wayan Sariani (34) menangis ketika ditemui di kediamannya di Dusun Kangin, Desa Tusan, Banjarangkan, Klungkung, Jumat (3/2/2019). Sebulan sudah Sariani tidak dapat berkomunikasi dengan suaminya yang saat ini mendekam di Lapas Nusakambangan, Jawa Tengah. 

Pria bertubuh kekar dan penuh tato tersebut, sebelumnya bekerja sebagai tenaga sekuriti di salah satu tempat hiburan malam di wilayah Legian.

Ia ditangkap pihak keamanan karena penyalahgunaan narkotika, dan divonis 9 tahun penjara sekitar 2 tahun lalu.

"Suami saya sudah menjalani masa tahanan selama 2 tahun," jelas Suriani.

Awalnya, Ngakan Gede Bayuna sempat ditahan di Lapas Kerobokan selama 4 bulan, dan kemudian dipindahkan ke Lapas Narkotika di Bangli.

Lebih dari setahun mendekam di Lapas Narkotika (Lapastik) Bangli, kerusuhan sempat terjadi di sana pada bulan Februari lalu, dan Ngakan Bayuna disebut-sebut terlibat dalam kerusuhan tersebut.

Ngakan Bayuna lalu dipindah ke Lapas Nusakambangan bersama 15 tahanan lainnya yang juga ikut terlibat dalam kerusuhan tersebut. 

"Saya sempat ditelepon oleh suami bahwa ada kerusuhan, dan ia bilang akan dipindah ke Lapas Nusakambangan dengan narapidana lainnya," ungkap Suriani.

Mendengar informasi itu, Sariani mulai panik.

Ia merasa sangat khawatir jika suaminya benar-benar dipindah ke lapas di luar Bali.

 Terlebih pasca kerusuhan di Lapas Narkotika, suaminya dan narapidana lainnya sempat dititipkan ke Rutan Bangli.

"Di Rutan Bangli lebih manusiawi kondisinya. Anak-anak merasa nyaman saat ingin bertemu ajiknya. Saat itu saya memberanikan diri bertemu Kepala Rutan di Bangli, dan saya diterima sangat baik. Saya diberi saran dan nasehat, tapi keputusan katanya tetap pada Lapastik," ungkapnya

Jika dipindah ke Lapas Nusakambangan, Sariani khawatir tidak dapat berkomunikasi dengan sang suami.

Terlebih selama ini Lapas Nusakambangan dikenal sebagai lapas khusus yang sulit dijangkau.

Sariani lalu selalu berusaha bertemu dan berbicara dengan Lapastik terkait hal ini, namun tidak ada solusi.

Ia lalu mengurus surat keterangan di desa untuk menjelaskan kondisi keluarganya hingga Ngakan Bayuna urung dipindahkan ke Nusakambangan. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved