Simpang Ring Banjar
Desa Bresela Gianyar Pusatnya Penghasil Dulang Ukir, Anak Muda Mulai Lirik Potensi Pasarnya
Pusat pemasok kerajinan dulang, khususnya yang terbuat dari fiber berada Desa Bresela, Kecamatan Payangan, Gianyar
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Widyartha Suryawan
Namun sisi negatifnya, limbah fiber ini jika dibuang sembarangan, akan sangat merusak lingkungan. Terlebih lagi, limbahnya tak bisa terurai oleh bakteri, dan jika dibakar asapnya sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Pengusaha Dulang Fiber, I Made Suarjana mengatakan, selisih harga dulang yang terbuat dari fiber dengan kayu sangat jauh. Jika menggunakan kayu, harga produksinya hingga penjualannya mencapai Rp 1 juta lebih.
Sementara jika menggunakan dulang, dirinya bisa menjualnya dengan harga sekitar Rp 300 ribu. Namun dari harga murah ini, kata dia, sebenarnya ada hal yang harus dibayar mahal, yakni kerusakan lingkungan.
“Limbah fibernya sulit untuk diurai, kalau dibakar, tidak dikasi bakar oleh pihak desa. Karena polusinya luar biasa,” ujarnya.
Dalam hal ini, Suarjana memilih untuk menyimpan limbah fiber tersebut dalam karung. Hasil pengumpulan tersebut selama ini, dipakainya untuk mengganjal tanah sawahnya, jika mengalami longsor di musim hujan.
“Saya sendiri pakai ganjal tanah longsor. Sebab inikan materialnya kuat jadi cocok dipakai untuk itu,” ujarnya.
Limbah Jadi Persoalan
Kelian Dinas Gadungan, I Made Suanta mengakui, limbah fiber menjadi persoalan.
“Limbah fiber memang belum tertangani. Sebenarnya pihak desa dinas sudah memiliki mesin, untu mengoral fiber menjadi serbuk. Sudah pernah diujicoba, dan berhasil,” ujarnya.
Namun, pihak desa hanya terkendala sumber daya manusia (SDM), untuk menjalankan program ini.
“Program ini butuh manajemen, karena prosesnya banyak. Mulai dari mengambil limbah ke rumah-rumah warga, proses pemilahan. Kalau sendirian tak bisa. Kalau membentuk managemen, biayanya tidak ada,” ujarnya.
Karena hal tersebut, saat ini pihaknya hanya bisa berharap supaya masyarakat tidak membuang limbah fiber ini secara sembarangan.
“Astungkara, semua masyarakat sudah memahami limbah ini sangat berbahaya. Tapi saya tetap tegaskan kembali, supaya tidak membuang limbah ini sembarangan, baik ke sungai maupun ruang hijau lainnya,” ujarnya. (*)