Lalat Masuk Dapur Hinggap di Makanan, Merta Khawatir Ganggu Kesehatan, Pemukiman Warga Dekat TPS
Bau busuk tercium cukup menyengat, ketika memasuki area TPS (tempat pembuangan sampah) di wilayah Kung
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Bau busuk tercium cukup menyengat, ketika memasuki area TPS (tempat pembuangan sampah) di wilayah Kung, Desa Paksebali, Klungkung, Kamis (8/5/2019).
Keberadaan sampah di lokasi itu kembali dikeluhkan warga, karena mengundang lalat ke perumahan warga.
Kondisi ini cukup ironi, terlebih saat ini Desa Paksebali menjadi desa wisata.
Seperti yang diungkapkan Wayan Merta (46), warga Banjar Timrah, Desa Paksebali, Klungkung, Kamis (8/5/2019).
TPS tersebut berjarak kurang dari 30 meter dari pemukiman warga.
Semenjak ada TPS di lokasi itu, Wayan Merta mengaku aktivitasnya selalu terganggu dengan kerumunan lalat.
Tidak hanya di halaman rumah, lalat bahkan sampai masuk ke dapur dan hinggap di makanan.
"Jangankan di rumah, lalat itu sampai ke dapur dan makanan. Sebelum ada sampah itu, kondisinya tidak seperti ini," keluh Wayan Merta saat ditemui di sekitar TPS, Kamis (8/5/2019).
Ketika beraktivitas di rumah, Wayan Merta bahkan mengaku selalu berbekal sapu lidi untuk mengusir lalat.
Baca: Giri Prasta Siap Bantu Pembebasan Lahan, BPPA Keberatan dengan Nilai Kompensasi Lahan Eks Sari Club
Baca: Bali Kalah dari NTB soal Kenaikan Upah, DPRD Bali Mulai Bahas Raperda Perlindungan Tenaga Kerja
Ia juga khawatir keberadaan lalat itu, berdampak negatif bagi kesehatan warga sekitar.
"Kalau di rumah, selalu saya memegang sapu lidi untuk usir lalat," ungkapnya.
Ia pun tidak menampik, pihak desa sudah dua kali memberikannya cairan obat untuk mengusir lalat.
Namun hal tersebut tidak mempan, dan lalat terus kembali dan menganggu aktivitasnya.
"Di rumah tidak mempan pakai obat itu. Lalatnya kembali terus. Seharusnya setiap hari sampah-sampah itu disemprot agar tidak ada lalat lagi," ungkapnya.
Sementara sampah TPS di wilayah Kung, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung kian banyak.
Tidak hanya sampah organik, bahkan sampah plastik pun sangat banyak hingga meluber ke jalan.
Sampah juga tidak dibuang di satu lokasi, namun di bebarapa titik di wilayah Kung.
Baca: Sri Ingin Jadi Pengusaha, Louisa Dokter! Dua Siswi Smansa Torehkan Prestasi di UN 2019
Baca: Dewan Pers Lakukan Verifikasi Tribun Bali
Pihak desa selama seminggu sekali, membuang sampah hingga satu truk ke lokasi itu.
"Saya berharap agar sampah kembali bisa dikelola di desa, dan tidak dibuang di sini lagi," ungkapnya.
Kadis Lingkungan Hidup dan Pertanahan Klungkung AA Kirana saat dikonfirmasi menjelaskan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak desa untuk mengatasi masalah tersebut.
"Terkait masalah lalat, pihak desa juga telah melakukan penyemprotan dan memberikan warga sekitar cairan untuk mengusir lalat," jelas AA Kirana
Selain itu, ia menyebutkan warga Paksebali telah melakukan pemilahan sampah dari rumah tangga.
Sampah anorganik biasanya diolah di tempat pengolahan sampah, Reduce Reuse Recycle (TPS3R) yang telah dimiliki Desa Paksebali.
Sementara sampah organik, diolah untuk pupuk.
"Nanti kami akan koordinasi lagi dengan pihak desa, terkait masalah lalat itu," jelasnya. (*)