Liputan Khusus

Sangar Tak Takut Diserang Leak, Fenomena Dalang Calonarang Dug Byor Ngundang Leak

Leak Karangasem, Leak Klungkung, Leak Bangli, Leak Sanur, Leak Gianyar, Leak Ketewel, Leak Tegallalang, mai, mai, mai…… De anak sane ten ngelah pelih

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ady Sucipto
Kolase Tribun Bali/I Wayan Erwin Widyaswara
I Putu Gede Sartika alias Sangar Dalang Calonarang Dug Byor Ngundang Leak 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR -- “Leak Karangasem, Leak Klungkung, Leak Bangli, Leak Sanur, Leak Gianyar, Leak Ketewel, Leak Tegallalang, mai, mai, mai…… De anak sane ten ngelah pelih sakitine, ne dalange amah. Yen kanti buin telun dalange nu ngidang meangkian berarti sing ade leak dini (Leak, leak, leak datanglah, datanglah, datanglah. Jangan kau menyakiti orang yang tidak bersalah. Ini ada dalang, silakan makan. Kalau dalam tiga hari dalang ini masih hidup, berarti tidak ada leak di sini).”

Begitulah tantangan yang sering diungkapkan Dalang Calonarang Dug Byor setiap kali diundang untuk mementaskan wayang calonarang.

Ia tidak tanggung-tanggung mengundang dan menantang leak.

Baca: Dikenal Keramat, Ini Makna Persembahan Segehan Lima Warna saat Kajeng Kliwon

Bahkan, ia menyerahkan nyawanya untuk dijadikan tumbal saat pementasan.

Tidak hanya orang yang menguasai ilmu pengeleakan di daerah tempatnya pentas yang ia undang, tapi leak di seluruh Bali turut diundang untuk memakan dirinya.

Apakah dalang ini tak takut mati?

Selasa pekan lalu, Tribun Bali berkesempatan mewawancarai dalang calonarang yang sedang populer saat ini, yakni Dalang Calonarang Dug Byor, I Putu Gede Sartika, di rumahnya di Banjar Biya, Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar.

Sartika sebelumnya merupakan seniman bondres dengan nama Sangar, dan kini beralih profesi jadi dalang calonarang,

Pria berusia 37 tahun ini mengatakan bahwa momen ngundang leak saat pementasan wayang calonarang bukanlah ajang adu kesaktian.

Baca: Kronologi Dewa Giri Tewas Saat Mandi di Tibu Buluhan Tabanan, Perbekel Belatungan: Dia Orang Baik

Tetapi ia memiliki misi khusus untuk membuat masyarakat di tempatnya pentas lebih positive thinking terhadap keluarga, saudara, dan para tetangga.

“Makanya saya mengatakan dalam waktu tertentu kalau dalang masih hidup, berarti di daerah sana tidak ada leak. Sebab, zaman sekarang sedikit-sedikit orang sudah dicurigai bisa ngeleak. Pas kena masalah, ada tetangga melintas dicurigai bisa ngeleak, ada mertua melintas dicurigai bisa ngeleak. Jadi momen ngundang itu diharapkan bisa menghilangkan prasangka-prasangka buruk sehingga hubungan mereka baik antar saudara, dan masyarakat jadi harmonis,” tutur pria yang juga bernama Jro Mangku Dalang Samirana ini.

Sartika mengaku tidak pernah takut ketika suatu saat ada orang berilmu hitam yang ingin berbuat jahat atau jail.

Ia pun tak gentar mendapat serangan saat ngundang leak dalam pementasan.

Sebab, tujuannya adalah untuk ngayah dengan niat yang positif.

Baca: Enam Arti Mimpi Bertemu Seekor Burung, Bisa Jadi Pertanda Positif & Negatif Bagi Anda

Menurutnya tidak menjadi dalang calonarang pun seseorang bisa mati, sebab kematian tersebut adalah pasti.

“Berbicara masalah kematian, walaupun tidak ngundang leak, kalau sudah takdir dan waktu sudah dipanggil oleh Sang Hyang Paramawisesa, ya kita harus ‘pulang’. Tidak mesti ngundang leak dalang itu meninggal. Sebenarnya ketakutan paranoid seperti itu kalau memang dasar ikhlas ngayah tidak ada rasa takut. Itu kalau saya pribadi,” ujar Sartika.

Dalam kehidupan masyarakat Bali, orang yang kebal santet, kebal cetik, dan segala ilmu hitam dianggap memiliki kesaktian tertentu, atau membawa bekal sesabukan, atau benda-benda keramat sebagai pelindung.

Lalu apakah Sang Dalang Calonarang Dug Byor ini membawa barang-barang tersebut?

Sartika mengaku tidak membawa sesabukan dan segala jenisnya saat mementaskan wayang calonarang.

Ia mengaku cuma bermodalkan doa kepada Tuhan dan meyakini kekuasaan Tuhan dalam ajaran Hindu disebut Tri Kona: Utpeti (Lahir), Stiti (hidup), Pralina (Mati).

“Maaf mengenai sesabukan, sesikepan, bebuntilan, dan lain sebagainya kalau saya pribadi mohon maaf saya tidak menggunakan itu. Keyakinan saya cuma satu Utpeti, Stiti, Pralina. Ya kita kembalikan ke Beliau. Dasarnya satu percaya pada Ida Sang Hyang Widhi cukup bagi saya. Sesabukan saya cuma nunas ica ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” jelasnya.

Dalang Termuda

Sartika sudah akrab dengan dunia pewayangan sejak duduk di bangku SMK.

Bersekolah di SMK Negeri 3 Sukawati membuatnya semakin menggeluti dunia pewayangan khususnya wayang calonarang.

Tahun 2013 silam, pria yang juga akrab disapa Sangar ini kemudian mendirikan sekaa Wayang Calonarang Dug-Byor dinaungi oleh Sanggar Seni Siwa Latri, Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar.

Sebelum fokus di dunia pewayangan calonarang, Sartika aktif menjadi pelawak seni bondres dengan tokoh bernama Sangar.

Mendirikan sekaa wayang calonarang, Sangar kemudian sempat dijuluki dalang calonarang termuda kala itu.

Menurut Sartika, wayang calonarang perlu terus dilestarikan agar tetap mencirikan bahwa Pulau Bali adalah pulau yang sakral alias tenget.

Wayang calonarang juga memberikan pengetahuan bahwa ilmu pengeleakan dan ilmu hitam itu benar-benar ada di Bali.

Dalam wayang calonarang, semua gambaran ilmu warisan leluhur Bali ini dipentaskan dalam bentuk wayang, serta diucapkan dan diperlihatkan keberadaannya.

Setiap pementasan wayang calonarang identik dengan momen ngundang-ngundang leak.

Menurut Sartika, memang ciri khas dari pecalonarangan itu harus ada unsur mistisnya.

Itu sebabnya, wayang calonarang dianggap tenget atau angker oleh masyarakat Bali.

Sebagai dalang wayang calonarang, Sartika tidaklah memiliki rasa iri dengki, menuduh, atau memfitnah seseorang bisa ngeleak.

Pun ia juga tidak menantang orang yang bisa ngeleak secara individu one by one.

“Kalau memang orang tidak paham pasti mengira tantangan ini ada unsur nyapa kadi akulah, pang kadene paling sakti. Justru saya ingin mengubah pemikiran negatif dari pengundangan di kawasan calonarang ini agar dari negatif bisa menjadi positif. Itu saya edukasikan lewat ngundang leak tersebut,” jelasnya.

Contoh lain yang sering terjadi di masyarakat khususnya di pedesaan yakni pada saat salah satu keluarga memiliki bayi.

Momen-momen memiliki bayi ini menurut Sartika sangat rawan orang berprasangka buruk terhadap orang lain, bahkan tak terkecuali orang yang ada dalam satu pekarangan rumah bisa kena fitnah bisa ngeleak.

Misalnya, ketika salah satu keluarga memiliki bayi yang kerap menangis, dan kebetulan pada saat itu ada mertua lewat atau tetangga dari pagar rumah melintas sudah dicurigai bisa ngeleak.

“Karena yang namanya bayi kan dia tidak bisa menyebutkan dia sakit apa. Entah sakit kepala sakit perut. Ketika anaknya menangis, orangtuanya parno. Karena curiga sana sini, ia lantas datang ke balian. Iya kalau balian-nya meluruskan, tapi kebanyakan malah semakin diprovokasi sehingga makin meningkat kecurigaan itu, dan hubungan antar keluarga kurang bagus, antar tetangga kurang bagus,” kata Sartika.

Itulah sebabnya, setiap kali pentas dan ngundang leak, ia selalu menekankan kalimat “Jangan menyakiti orang yang tidak bersalah, ini ada dalang, silakan dimakan. Kalau dalam waktu tiga hari atau 42 hari dalang masih hidup berarti daerah tersebut tidak ada leak yang suka menyakiti atau yang memiliki ilmu pengiwa”.

“Di sana letak edukasi titiang,” kata ayah empat anak ini.

Tarif Hingga Rp 22 Juta

Sampai saat ini, Sartika telah berhasil menggarap dua karya yang direkam dalam bentuk DVD.

Pertama berjudul “Geseng Waringin”, kedua berjudul “Ratu Niang Lingsir Sakti Legu Gondong”.

Dua DVD itu telah berhasil dijual masing-masing 1.000 copy. 

Sekaa Wayang Calonarang Dug Byor ini juga telah merilis karyanya di Youtube yang dinaungi oleh Ani Studio Production.

Rata-rata video Wayang Calonarang Dug Byor telah ditonton oleh ratusan ribu netizen.

Untuk sekali pentas, Wayang Calonarag Dug-Byor rata-rata mematok tarif Rp 17 sampai Rp 22 juta.

Tergantung bentuk panggung seperti apa yang diinginkan oleh pihak yang mengundang sekaa wayang ini.

“Dan tergantung jarak juga. Kalau masih di daerah Gianyar, Denpasar, dan Badung yang dekat-dekat, bisa di bawah Rp 20 juta,” kata Sartika, dalang yang kini laku keras berkat keberaniannya ngundang leak di setiap pentas. (*) 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved