7.918 Siswa Perebutkan 3.740 Kursi, Pendaftaran PPDB Tingkat SMP di Denpasar 22-24 Juni 2019

Proses PPDB telah memasuki tahapan verifikasi dan aktivasi akun sebelum memasuki masa pendaftaran pada 22-24 Juni 2019 mendatang

Penulis: eurazmy | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Putu Supartika
AKTIVASI AKUN - Sejumlah siswa dan orangtua mendatangi Posko PPDB Kota Denpasar, Kamis (20/6/2019), untuk melakukan aktivasi akun. 7.918 Siswa Perebutkan 3.740 Kursi, Pendaftaran PPDB Tingkat SMP di Denpasar 22-24 Juni 2019 

Beberapa orangtua mengatakan mengalami error pada email, padahal setelah dilakukan pengecekan mereka telah melakukan aktivasi.

"Mereka bilang emailnya error, kami cek sudah teraktivasi apa belum. Ternyata sudah aktivasi, karena ada beberapa sekolah yang membantu melakukan aktivasi," katanya.

Anak Nisa Putus Asa Cari Sekolah, 1 Kecamatan 1 SMA Negeri, Gianyar Tak Layak Sistem Zonasi

Sementara itu, sistem penerimaan siswa SMA Negeri berbasis zonasi, dinilai tidak tepat diterapkan di Kabupaten Gianyar.

Hal tersebut disebabkan jumlah SMAN di Gumi Seni ini relatif terbatas.

Bahkan, tak hanya di Gianyar, di sejumlah kabupaten lainnya sama.

Yakni di setiap kecamatan hanya ada satu sekolah SMAN.

Informasi dihimpun Tribun Bali, Kamis (20/6/2019), masih banyak orangtua siswa yang akan mencari sekolah, khususnya SMA Negeri, masih cemas.

Terutama mereka yang rumahnya relatif jauh dari zonasi SMAN.

Terlebih lagi, di setiap kecamatan di Kabupaten Gianyar, hanya ada satu SMAN.

Karena hal tersebut, tak sedikit siswa cerdas yang tidak mengantongi piagram kejuaraan atau olimpiade, saat ini putus asa.

Jro Kairunnisa, merupakan satu diantara orangtua yang menilai sistem zonasi tak layak diterapkan di Kabupaten Gianyar.

Nisa, sapaannya, tinggal di kawasan Pejeng, Tampaksiring.

Di kecamatan ini, hanya ada SMA Negeri 1 Tampaksiring.

Jarak antara sekolah tersebut relatif jauh dari rumahnya.

“Penerapan sistem zonasi untuk masyarakat di wilayah kota yang memiliki banyak sekolah, dianggap sangat baik dan adil. Tapi untuk daerah yang hanya memiliki 1 SMA di tiap kecamatannya, akan menyebabkan kegalauan bagi para siswa. Mereka selalu berpikir akankah mereka mendapatkan sekolah. Apalagi yang rumahnya tidak dekat dengan sekolah manapun,” ujarnya.

Sebagai masyarakat biasa, yang mewakili keluhan ibu-ibu yang anaknya tengah berjuang menjadi sekolah SMA Negeri, Nisa berharap banyak pada pemerintah, supaya sistem zonasi disesuaikan dengan kondisi di daerah.

“Tolong jangan disamakan kondisi tiap daerah karena permasalahan kami berbeda. Buat masyarakat kota mungkin agar tidak ada sekolah favorit. Tapi di daerah, akankah anak kami mendapat sekolah karena jumlah sekolah yang terbatas,” ujarnya.

Nisa mengungkapkan, hal tersebut menyebabkan anaknya kini tengah dalam situasi putus asa.

“Anak saya sekarang nangis terus. Kasihan dia belajar keras supaya dapat nilai tinggi, tapi sekarang putus asa akankah dapat sekolah. Harusnya pemerintah mempertimbangkan mental anak-anak, yang pintar gak puya motivasi jadi akhirnya ogah-ogahan karena apa yang diraih tidak dihargai, yang malas yang makin malas karena dah pasti dapat (sekolah negeri),” ujarnya. 

(azm/sup/weg) 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved